Sebagai bangsa besar yang punya ambisi menjadi negara maju pada 2045 dengan mengandalkan generasi emas, Indonesia membutuhkan banyak booster dan influencer. Sosok pendorong dan pemengaruh diharapkan bisa mengajak masyarakat untuk mengembangkan budaya baik yang selaras dengan kemajuan. Untuk itulah para duta dibutuhkan.
Tangkapan layar saat Miftah Maulana mengolok-olok penjual es teh dengan perkataan "Goblok!" (dok. youtube gus yusuf channel via kompas.com). |
Untungnya sudah banyak duta yang bermunculan di tengah masyarakat selama ini. Mereka adalah orang-orang yang populer, baik karena prestasi, inspirasi, maupun kontroversinya.
Salah satu yang terbaru ialah Gunawan Sadbor yang diangkat sebagai Duta Anti-Judi Online oleh Kepolisian Republik Indonesia pada November lalu. Gunawan bukanlah selebritis. Ia rakyat biasa yang dalam sekejap bisa memperbaiki kehidupannya berkat bergoyang melalui live stream di tiktok. Ramai orang mengenalnya, ramai pula yang memberikan saweran.
Sayangnya di antara yang meramaikan aksinya di tiktok merupakan akun-akun judi online. Gunawan pun dianggap turut mewadahi dan mempromosikan judi online. Dia ditangkap polisi dan sempat ditahan sebelum ditangguhkan. Sementara kasusnya terus dikembangkan, Gunawan justru diangkat sebagai Duta Anti Judi-Online.
Gunawan tak sendirian sebagai duta. Banyak sosok yang menjadi pendahulunya. Saat pandemi Covid-19 yang lalu, beberapa orang ditetapkan sebagai duta masker dan protokol kesehatan. Penyebabnya bukan karena orang-orang itu patuh dan mendorong protokol kesehatan. Justru karena orang-orang itu membuat geger karena menolak menggunakan masker sehingga diangkat sebagai Duta Masker.
Mungkin kita juga masih ingat gelar Duta Pancasila yang disematkan kepada penyanyi dangdut Zaskia Gotik beberapa tahun silam. Ia diangkat sebagai duta karena kemunculannya di suatu acara TV dan menyebut salah satu lambang pada Burung Garuda Pancasila sebagai bebek nungging.
Usai dikecam dan dipergunjingkan, Zaskia akhirnya diangkat sebagai Duta Pancasila. Tak tanggung-tanggung ia mendapat dukungan dari partai politik di DPR. Tak jelas bagaimana kiprah Zaskia sebagai Duta Pancasila. Justru tak lama berselang ia membuat kontroversi lagi karena lupa atau gagal menghafal salah satu sila dalam Pancasila.
Tidak semua duta diangkat lewat jalur kontroversi. Duta Baca yang pernah disematkan pada Najwa Shihab merupakan contoh keteladanan. Cinta Laura juga diangkat sebagai Duta Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak karena kepedulian yang secara konsisten ditunjukkannya pada masalah sosial.
Namun, masih ada yang kurang dari para duta tersebut. Yakni, Indonesia belum punya duta pemberantasan kebodohan. Padahal untuk mewujudkan generasi emas dan Indonesia Maju 2045 dibutuhkan insan-insan muda yang cerdas dan pintar. Pemerintahan yang dipimpin Presiden Prabowo pun telah mencanangkan misi mencetak generasi-generasi cerdas dengan mempromosikan pengajaran koding dan matematika sebagai pelajaran unggulan.
Harapan untuk mencetak manusia-manusia Indonesia yang unggul dan cerdas tersebut perlu didukung oleh kehadiran seorang duta. Dibutuhkan sosok yang bisa menjadi teladan dalam melawan kebodohan dan mempromosikan kecerdesan.
Banyak tokoh yang bisa menjadi duta semacam itu. Namun, rasanya tak ada yang paling tepat selain pesohor Miftah Maulana. Sebagai figur publik, Miftah Maulana sudah dikenal luas sebagai penceramah. Ia naik daun beberapa tahun silam berkat kegiatan ceramahnya di tempat-tempat hiburan.
Semenjak itu namanya dikenal luas. Miftah Maulana semakin sering muncul satu frame bersama para pesohor dari kalangan selebritis. Wajahnya mondar-mandir di layar kaca, sempat pula memiliki program acara di TV. Berkat media sosial namanya kian terkenal. Menjadi tamu aneka podcast hingga berkegiatan bersama orang-orang penting dan pejabat.
Berkat prestasinya yang gemilang, Miftah Maulana diangkat menjadi utusan khusus Presiden Republik Indonesia pada Oktober 2024. Ia kini seorang pejabat setara menteri.
Figur publik seperti Miftah Maulana inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia. Gelar Duta Anti-Goblok Nasional bisa dianugerahkan kepada beliau.
Prestasi dan sumbangsihnya dalam mencerdaskan masyarakat melalui ceramah-ceramahnya selama ini merupakan bukti betapa besar peran dan perhatiannya dalam memberantas kebodohan. Kedudukannya sebagai utusan khusus presiden akan semakin berdaya guna jika pada saat bersamaan ia juga berperan sebagai duta.
Jika diangkat sebagai Duta Anti-Goblok Nasional, ia akan bertugas mendatangi dan mengedukasi masyarakat yang perilakunya mencerminkan kebodohan. Saat ada seorang yang membuang sampah sembarangan ke sungai, Miftah Maulana akan mengedukasi orang tersebut sambil berkata: “Goblok!”.
Saat ada rombongan sound horeg menyerbu perkampungan, Miftah Maulana akan hadir membela warga dengan mendatangi rombongan tersebut dan mengatakan: “Goblok!”. Ketika mendapati segerombolan orang sedang memainkan judi online, ia akan menghampiri untuk berceramah tentang bahaya judi dan diakhiri dengan: “Goblok!”
Agar lebih efektif dan efisien, pemerintah bisa merekam suara khas beliau saat mengatakan “Goblok!”. Nanti rekaman suara “Goblok!” tersebut bisa diperdengarkan di tempat-tempat publik seperti persimpangan lampu merah, perlintasan kereta api, komplek pemukiman dan sebagainya.
Suara “Goblok” akan berbunyi otomatis jika ada pengguna jalan yang menerobos palang pintu perlintasan kereta api dan menyerobot jalur transjakarta. Suara “Goblok!” juga akan berbunyi jika ada orang yang tak mau antre di SPBU.
Namun, suara “Goblok” tidak akan berbunyi di kantor polisi. Tidak akan berfungsi di satuan pelayanan pembuatan SIM dan pengurusan surat tilang. Sebab semua polisi di negara ini sudah cerdas dan berbudi.
Semoga Presiden Prabowo memahami perlunya mengangkat Duta Anti Goblok-Nasional demi tercapainya Indonesia Maju 2045.
Komentar
Posting Komentar