Lelaki berperawakan kecil dengan tinggi sekitar 165 cm itu sibuk meracik dan menambahkan beberapa bahan ke dalam piring-piring yang dijejerkan di atas gerobaknya. Ia kemudian mengantarkannya ke orang-orang yang duduk di bagian dalam warung.
Setelah itu ia menghampiri saya yang menunggu di meja bagian luar. “Mas’e pedes? Pakai telor?”, tanyanya. Usai menerima jawaban dan permintaan saya ia kembali ke gerobaknya. Sesaat ia menghilang ke sisi samping gerobak. Terdengar suara dari minyak panas di penggorengan. Lelaki bernama Pak Midin itu sedang menggoreng sesuatu.
Tak lebih dari sepuluh menit, piring dengan isian yang masih mengebulkan uap panas sudah disiapkan untuk saya. Aroma yang tercium membuat saya yang sedang lapar menjadi semakin lapar.
Warung Tahu Kupat Pak Midin di Jalan Museum Kota Solo (dok. pri). |
Pak Midin dengan gerobaknya (dok. pri). |
Itulah Tahu Kupat Pak Midin. Warung sederhananya ada di Jalan Museum atau di sisi timur Taman Sriwedari Solo. Dari citywalk Slamet Riyadi cukup membelokkan langkah kaki beberapa meter untuk menemukan Tahu Kupat Pak Midin yang diapit deretan kios penjual lukisan dan figura di sepanjang Jalan Museum.
Sepiring Tahu Kupat Pak Midin berisi tahu, ketupat, mie kuning, tauge, kobis, kacang tanah goreng, dan taburan bawang merah goreng. Tambahan untuk menyempurnakan adalah telur ceplok. Semuanya dilumuri bumbu coklat kehitaman.
Sekilas Tahu Kupat racikan Pak Midin tak berbeda dengan kupat tahu yang banyak dijumpai di Magelang dan Yogyakarta. Tapi ternyata ada perbedaan antara keduanya. Isian tahu kupat lebih minimalis. Setidaknya tidak ada kerupuk dan irisan bakwan di sana. Namun, bumbunya lebih kental, pekat, dan tidak sampai menggenangi isinya. Ini berbeda dengan kupat tahu pada umumnya yang bumbunya encer seperti kuah.
Tahu Kupat Pak Midin dengan telur ceplok (dok. pri). |
Minimalis tapi mantap (dok. pri). |
Diaduk biar makin sedap (dok. pri). |
Meski minimalis dengan bumbu yang tidak berlimpah, Tahu Kupat Pak Midin tak kehilangan pesona rasanya. Justru cita rasa asli setiap bahannya terasa kuat. Tauge dan kobisnya yang masih segar jadi paduan pas untuk ketupat yang agak berderai, mie yang lembut, kacang tanah yang renyah, dan telur ceplok panas.
Tahu sebagai isian utama diberikan Pak Midin cukup banyak. Potongannya tidak terlalu besar, digoreng dengan kematangan yang pas sehingga kulitnya renyah, tapi terasa empuk ketika bagian dalamnya mendarat di mulut.
Sedapnya Tahu Kupat Pak Midin semakin terasa dengan gurih segar bumbunya. Mencecapnya ada sentilan pedas di antara rasa manis dan asin. Bumbu yang kental ini diramu dari gula merah, bawang merah, bawang putih, garam, dan cabe. Oleh karena bumbunya yang kental maka ketika menyantap Tahu Kupat Pak Midin sebaiknya mangaduk seluruh isiannya.
Tahu Kupat Pak Midin (dok. pri). |
Sedapnya Tahu Kupat Pak Midin membuktikan bahwa pesona cita rasa kuliner tradisional Indonesia bisa dan masih banyak ditemukan di warung-warung kecil di antara sibuknya kota dan di gerobak-gerobak yang berjalan pelan atau berhenti di sudut persimpangan jalan.
Komentar
Posting Komentar