Menjadi poros maritim dunia. Itulah cita-cita yang sedang berusaha digapai oleh Indonesia saat ini. Harapan yang tidak berlebihan karena Indonesia memiliki modal
untuk mewujudkannya. Syaratnya Indonesia harus mampu memanfaatkan serta mengelola setiap sumber daya alam dan potensi
bahari yang dimiliki.
Mutiara Laut Selatan Indonesia atau Indonesian South Sea Pearl |
Salah satu yang potensial sebagai komoditi unggulan
adalah mutiara. Indonesia merupakan penghasil utama Mutiara Laut Selatan atau Indonesian South Sea Pearl yang berasal dari spesies kerang Pinctada
maxima. Selain mutiara laut selatan,
jenis mutiara lain yang dominan di dunia adalah mutiara hitam, mutiara Akoya,
dan mutiara air tawar Tiongkok. Namun, mutiara laut selatan memiliki kualitas
terbaik. Kilaunya sangat indah dengan warna perak dan keemasan yang memikat.
Ukurannya bisa mencapai 10-20 mm dan bentuknya hampir bulat sempurna. Karena
karakternya yang istimewa Indonesian
South Sea Pearl dijuluki Queen of
Pearl dan dianggap sebagai
puncak kesempurnaan mutiara. Setiap butirnya dihargai ratusan ribu hingga
jutaan rupiah.
Kerang Pinctada maxima penghasil mutiara laut selatan (sumber: Instagram indonesianpearlfestival2016). |
Menurut data yang dihimpun dari beberapa
sumber, termasuk Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
Kementerian, nilai ekspor Indonesian
South Sea Pearl meningkat dari 25,8 juta USD pada 2013 menjadi 31,2 juta
USD pada 2015. Akan tetapi, nilai itu masih jauh dari total perdagangan mutiara
dunia yang mencapai 1,5 miliar USD. Produksi mutiara laut selatan Indonesia juga
masih kalah dibandingkan mutiara air tawar Tiongkok yang dibudidayakan secara
besar-besaran.
Meskipun demikian, peluang untuk
memaksimalkan potensi Indonesian South
Sea Pearl cukup besar. Mutiara laut selatan dari Indonesia sejak lama
diminati oleh beberapa negara seperti Korea Selatan, Hongkong, Filipina,
Jepang, Australia, dan Singapura. Indonesia juga memiliki banyak wilayah
perairan laut tenang yang menjadi rumah sekaligus habitat ideal Pinctada maxima. Perairan laut di Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Bali, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, hingga Papua berpotensi memproduksi
mutiara laut selatan antara 2 hingga 6 ton per tahun setiap daerah.
Potensi beberapa daerah di Indonesia sebagai penghasil mutiara laut selatan. |
Pencanangan poros maritim dunia adalah
momentum untuk mengembangkan industri mutiara laut selatan karena menjanjikan
devisa negara sekaligus membuka lapangan pekerjaan. Pemerintah pun sudah
seharusnya memberi dukungan sekaligus untuk mengatasi hambatan dan tantangan
yang ada.
Pertama
yang
perlu dilakukan adalah meningkatkan jumlah dan kapasitas sumber daya manusia untuk
mengangkat produksi serta kualitas mutiara laut selatan. Saat ini industri mutiara
laut selatan di Indonesia melibatkan sekitar 66 perusahaan swasta nasional, 9 penanaman
modal asing, dan 13 penanaman modal dalam negeri yang menjalankan budidaya,
penjualan eceran hingga ekspor. Selain itu, ada sekitar 5000 usaha kecil
penghasil benih mutiara.
Jumlah tersebut masih terlalu sedikit
dibandingkan potensi yang ada. Oleh
karena itu, pemerintah perlu memberi kemudahan dan insentif bagi masyarakat
atau pengusaha yang ingin membangun bisnis budidaya mutiara. Keringanan pajak, menghilangkan
pungli, memperbaiki infrastruktur akan meningkatkan gairah pengusaha untuk
mengembangkan industri mutiara laut selatan. Pembudidaya mutiara perlu dibekali
dengan pengetahuan dan teknik yang lebih baik. Salah satunya melalui penguatan
dan pemberdayaan asosiasi pembudidaya mutiara. Potensi mutiara laut selatan juga
perlu ditekankan dalam kurikulum sekolah kejuruan bidang kelautan untuk
menumbuhkan minat generasi muda.
Indonesia adalah penghasil utama mutiara laut selatan (diambil dari Instagram indonesianpearlfestival2016). |
Kedua, solusi pendanaan
sangat dibutuhkan karena industri ini membutuhkan biaya dan investasi yang
besar. Sementara budidaya mutiara dianggap memiliki resiko kegagalan yang
tinggi sehingga bank kurang tertarik menyalurkan kredit. Pemerintah diharapkan
dapat berperan dalam mengatasi hambatan ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Salah satunya dengan memberikan bantuan teknis berupa ahli pendamping
yang mampu menjelaskan budidaya mutiara secara detail agar bank percaya untuk
menyalurkan kredit kepada pembudidaya dan pengusaha mutiara laut selatan.
Tantangan ketiga adalah meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi mutiara
laut selatan. Dibandingkan kerang air tawar yang dapat menghasilkan 10 mutiara
dalam waktu 6 bulan masa panen, Pinctada
maxima hanya menghasilkan 1 butir
mutiara dalam waktu yang lebih lama. Di sisi lain budidaya mutiara laut selatan
banyak dilakukan dengan memadukan cara tradisional dan teknik modern. Oleh
karena itu, penelitian untuk mengembangkan teknologi budidaya yang meliputi
optimalisasi pakan, benih, habitat, dan memperpendek jarak masa panen,
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas mutiara laut
selatan.
Keempat, Indonesia perlu
memiliki strategi dan rencana pengembangan mutiara laut selatan yang komprehensif.
Hal ini bisa dimulai dengan menentukan prioritas kawasan budidaya. Dari
beberapa wilayah yang potensial sebagai lumbung produksi, perlu ditentukan satu
atau beberapa kawasan unggulan agar pengembangannya lebih fokus. Seiring dengan
meningkatnya produksi, standar mutu yang baik perlu diberlakukan untuk menjamin
kualitas mutiara laut selatan Indonesia sekaligus melindunginya dari serbuan
mutiara air tawar Tiongkok yang membanjiri pasar.
Perairan laut yang tenang dengan dasar berpasir seperti di Sumbawa Barat, NTB ini cocok untuk budidaya Mutiara Laut Selatan (dok. Hendra Wardhana). |
Selanjutnya, mengatur zona budidaya karena
perairan laut yang tenang juga cocok untuk beberapa komoditi selain mutiara. Sementara
budidaya Pinctada maxima tidak bisa
digabung dengan budidaya lainnya. Selain itu, zona budidaya berguna untuk
mencegah aktivitas pelayaran atau penangkapan ikan yang mengganggu budidaya Pinctada maxima. Pada saat yang sama
pemerintah harus menetapkan prosedur pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya
mutiara yang selaras dengan upaya pelestarian alam. Hal ini penting untuk
mewujudkan pengelolaan mutiara laut selatan yang berkelanjutan.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus