Jumat (2/9/2016)
yang lalu saya berkunjung ke kota tetangga, Semarang. Tujuan utamanya adalah
menonton Konser 30 Tahun KAHITNA “Rahasia Cinta” pada malam harinya. Tiket sudah dibeli sejak bulan Ramadhan yang lalu sehingga apapun kondisinya saya
harus menonton. Meski kaki kiri masih cedera akibat terjatuh saat bermain
futsal di kawasan Thamrin, Jakarta, seminggu sebelumnya.
Lelah akibat
perjalanan dan cuaca yang terik membuat saya tak bisa menahan lapar lebih lama.
Beruntung hotel tempat menginap berada di pusat kota, tepatnya di Jalan Pemuda,
sehingga ada banyak pilihan tempat makan yang bisa dituju.
“Di
belakang saja mas, ada Pak Dhuwur”. Begitu jawaban security
hotel saat saya meminta rekomendasi tempat jajan yang enak. Ia kemudian
memberikan petunjuk arah tempat yang dimaksud. Ternyata saya hanya perlu
berjalan kaki selama 5 menit dari hotel untuk tiba di lokasi Pak Dhuwur.
Pak Dhuwur
adalah nama tempat penjual Mie Kopyok yang berlokasi di Jalan Tanjung Kota
Semarang. Posisinya ada di seberang kantor Telkom, sekitar 80 meter dari ruas
jalan Pemuda. Nama Mie Kopyok yang baru pertama saya dengar membuat penasaran
untuk langsung merasakan kuliner tersebut.
Tempat berjualan Mie Kopyok Pak Dhuwur di Jalan Tanjung, Semarang (dok. pri). |
Selain Mie
Kopyok Pak Dhuwur, ada beberapa penjual makanan lainnya yang membuka warung
tenda dan gerobak di Jalan Tanjung. Namun, Mie Kopyok Pak Dhuwur adalah yang
paling ramai. Barisan mobil dan motor para pembeli terparkir di sekitar tempat
itu.
Mie Kopyok Pak
Dhuwur dijajakan dengan gerobak berwarna biru. Spanduk berwarna oranye
bertuliskan “Mie Kopyok Pak Dhuwur” membuatnya semakin mudah dikenali. Tempat
makannya sendiri menempati sebuah halaman yang menjorok ke arah dalam dari
Jalan Tanjung. Di sana ada beberapa baris meja dan kursi. Karena pembelinya
yang tak pernah sepi, Mie Kopyok Pak Dhuwur juga membuka tenda tambahan di trotoar
berdampingan dengan penjual makanan lainnya.
Begitu sampai
saya langsung memesan Mie Kopyok dan segelas es jeruk. Sejenak saya mengamati
ramainya pembeli saat itu. Meski jam makan siang sudah lewat, namun tempat ini
masih disesaki pembeli. Sementara itu, ada empat orang yang terus sibuk meracik
Mie Kopyok.
Tanpa perlu lama
menunggu, sepiring Mie Kopyok dan minuman segar sudah tersaji di depan mata.
Ternyata bukan hanya namanya yang baru pertama saya dengar, sajian Mie Kopyok
juga belum pernah saya lihat sebelumnya. Isiannya cukup unik. Terdiri dari mie
kuning, lontong, potongan tahu pong, tauge, kerupuk gendar (kerupuk nasi), taburan
bawang goreng, serta irisan daun bawang dan seledri. Semua bahan tersebut dicampur
lalu disiram dengan kuah bumbu yang encer berwarna coklat kehitaman. Sepintas
serupa dengan kuah kupat tahu khas Magelang dan Solo.
Melihat para
pembeli yang lain lahap menyantap Mie Kopyok, saya pun tak menunda waktu untuk mencicipinya. Mie kuningnya cukup lembut. Disantap bersama lontong dalam
satu suapan terasa mengenyangkan. Taugenya meski jumlahnya tidak terlalu banyak
namun masih segar. Begitu pun dengan irisan daun bawang dan seledrinya.
Irisan tahu pong
nya cukup gurih. Saya menyukai tekstur kulitnya yang kering dan isinya yang
tipis. Kerupuk gendarnya yang renyah dan sedikit asin juga menambah keasyikan
menyantap Mie Kopyok Pak Dhuwur.
Setiap suapan
Mie Kopyok Pak Dhuwur terasa sedap berkat kuah bumbunya. Rasanya yang ringan
mudah diterima oleh semua lidah. Mereka yang suka asin atau gurih bisa meminta
tambahan garam. Penyuka rasa manis cukup menambahkan kecap yang tersedia di
setiap meja. Penyuka pedas pun tinggal menambahkan sendiri sambalnya sesuka
hati.
Tak mengherankan
jika Mie Kopyok Pak Dhuwur diserbu pembeli setiap hari. Buka mulai pagi hingga
sebelum jam 4 sore, Mie Kopyok Pak Dhuwur bisa menjadi pilihan jajan sedap di
pusat Kota Semarang. Harganya juga tidak terlalu mahal. Sepiring Mie Kopyok dan
segelas es teh saya siang itu dihargai Rp17.000. Jika ke Semarang lagi saya
akan mampir kembali ke tempat ini.
Komentar
Posting Komentar