Dalam
setiap penyelenggaraan Pasar Sekaten ada satu hal yang paling menarik perhatian
pengunjung yakni
“Awul-awul” atau bursa pakaian bekas
impor. Diberi nama “Awul-awul” karena banyak pakaian bekas impor yang
ditumpuk begitu saja di atas kotak-kotak kayu hingga menggunung. Pembeli
dipersilakan membongkar tumpukan tersebut untuk mencari dan menemukan pakaian
yang diinginkan. Aktivitas mencari dan membongkar pakaian ini disebut dengan “Ngawul” atau mengaduk-aduk.
Aneka
jenis pakaian tersedia di “Awul-awul”, mulai dari kaus, jaket, jas, kemeja, sweater
hingga celana jeans.
Berbagai model pakaian pun bisa dijumpai mulai dari pakaian sehari-hari hingga
pakaian dengan rancangan aneh dan unik yang tak biasa dikenakan oleh orang Indonesia.
Melihat label, gambar dan ornamen yang menempel, kita akan segera tahu kalau
banyak di antara pakaian-pakaian bekas tersebut berasal dari negara-negara Asia
Timur.
Meski
berlabel pakaian bekas namun rata-rata pakaian yang dijual di “Awul-awul” masih
dalam kondisi baik dan layak pakai.
Yang tak kalah menarik minat pembeli selain embel-embel “impor” adalah harganya
yang sangat murah. Satu potong pakaian
di “Awul-awul” dihargai mulai dari Rp. 5.000 hingga yang termahal Rp. 35.000.
Hampir semua pakaian dijual dengan harga pas, namun jika membeli beberapa
potong atau ada sedikit cacat pada pakaian yang dibeli, penjual di kasir tak
keberatan untuk memberi sedikit potongan harga.
Label
pakaian bekas juga tidak lantas membuat “Awul-awul” identik dengan kalangan
tidak mampu. Tak sedikit kalangan berduit yang ikut “Ngawul”. Tak ada gengsi dan
sungkan dari para pembeli itu untuk berburu pakaian bekas. Selain banyak
didatangi para orang tua, Awul-awul juga menjadi incaran banyak anak muda
pengunjung Pasar Sekaten.
Komentar
Posting Komentar