Saat melihat pintu bangsal ini saya hanya tersenyum
menyimpan segenap rasa lain yang tersembunyi. Dulu saya pernah memiliki 2 malam
yang berarti di sini. Di dalam bangsal di balik pintu ini saya punya
waktu untuk mendengar sebuah suara, menatap sepasang mata dan menahan tawa
untuk segenap tingkah laku seorang yang terbaring dengan selang infus di
tangan. Meski saat itu saya tahu ini takkan lama.
Bahkan saat membaca sebuah kalimat di layar
handphone malam itu, tak ada sesal apalagi marah untuk semua ini. Turun
membawamu ke Rumah Sakit saja sudah cukup menguras perasaan dan ketakutan, tak ada waktu untuk menyesali yang lain. Saya
akan pergi di saat peran ini sudah berakhir, di saat tak lagi diperlukan. Dan malam itu gerimis
membawamu meninggalkan rumah sakit. Di atas kursi roda kau masih tampak sayu.
Maaf, bukan mencela atau menghendakimu sakit, tapi wajah sayumu itu sangat lucu.
Sementara di depanmu aku melangkah mengakhiri peranku sebagai pemeran
pengganti. Semoga ada hal baik yang sempat kutinggalkan.
Setahun kemudian saya tak mengerti mengapa Allah
menuliskan suratan dengan cerita begini. Bukan, saya tidak menanyakan kuasaNya,
hanya mencoba menerka mungkin Allah menyukai pria yang gemar menunggu pasien di
rumah sakit.
Kita bertemu lagi dan lagi-lagi di bangsal
rumah sakit, lagi-lagi kau dengan selang infus di tangan dan saya menatap lagi
wajah sayu yang sama. Canggung, kaku dan serba tiba-tiba. Tapi esok hari saat
saya terbangun pagi, sebuah pesan singkat darimu membuatku melangkah cepat
menuju bangsal pesakitanmu.
Hari-hari terlewati, ada separuh bulan
Ramadhan dengan malam yang kulalui di dalam bangsal dengan mendengar sebuah
suara, menatap sepasang mata dan menahan tawa untuk segenap tingkah laku
seorang yang terbaring dengan infus di tangan. Sesekali kau menangis menahan
hajaran jarum suntik. Tapi kemudian kau akan banyak bicara, berbagi cerita dan
kesah.
Terima kasih sudah menjadikan pria ini sekali
lagi sebagai pemeran pengganti. Saya tahu kau tak bisa jujur saat itu. Tapi
mengatakan yang sebenarnya masih menjadi harapan yang ingin saya dengar darimu.
Itu dulu. Sekarang bukan masalah lagi. Tiga tahun sudah lewat, di manapun kamu
berada, hari ini di saat kamu menjadi lebih berarti untuk dirimu sendiri dan
orang-orang di sekelilingmu, salah satu orang yang pernah melintasi sepersekian
detik masa lalumu hanya ingin menulis surat pendek ini. Selamat Ulang Tahun.
Komentar
Posting Komentar