Indonesia, negeri di bawah khatulistiswa ini
telah lama dan jamak dikenal sebagai kawasan megabiodiversitas. Banyak tempat
di Indonesia yang menjadi hot spot keanekaragaman hayati dunia. Tak cuma fauna,
aneka flora juga tersebar di seluruh penjuru negeri. Menduduki peringkat ke-2
sebagai negara dengan biodiversitas terbesar di dunia, Indonesia tak cuma
unggul dalam hal jumlah namun juga kekhasan. Salah satu keanekaragaman hayati
khas Indonesia adalah Anggrek tropis, kekayaan yang tak tertandingi oleh negara
manapun di dunia. Indonesia memiliki hampir
seperlima dari total spesies Anggrek yang dimiliki dunia.
Ada banyak spesies Anggrek yang khas dan unik
berasal Indonesia. Masyarakat dunia mengenal Phalaenopsis amabilis sebagai Anggrek bulan atau Anggrek kumbang.
Dunia juga mengenal Grammatophyllum
speciosum dan Grammatophyllum
scriptum sebagai Anggrek terbesar di dunia. Ada juga Anggrek kantung
seperti Paphiopedilum javanicum. Coelogyne pandurata atau yang dikenal
dengan Anggrek Hitam juga sangat populer. Namun sesungguhnya ada lebih banyak
lagi Anggrek Indonesia yang kecantikannya tak kalah dengan anggrek-anggrek tersebut.
Kurangnya eksplorasi, minimnya perhatian pemerintah dan masyarakat membuat banyak Anggrek
Indonesia yang tenggelam di negeri sendiri.
Salah satu spesies Anggrek Indonesia yang
memiliki pesona kecantikan memikat namun tak banyak dikenal di dalam negeri
adalah Coelogyne speciosa atau
Anggrek Bibir Berbulu. Coelogyne speciosa
berasal dari bahasa latin yang berarti “Coelogyne
yang cantik”. Membaca namanya kita mudah menebak bahwa anggrek ini masih
berkerabat dengan Coelogyne pandurata
atau anggrek hitam endemik Kalimantan. Anggrek Bibir Berbulu memiliki beberapa
keunikan dan kelebihan. Habitusnya yang tidak terlalu besar, daunnya yang tidak
banyak dan bunganya yang besar membuat Anggrek ini tergolong mungil dan tidak
memakan banyak tempat jikadipelihara di dalam pot atau halaman rumah.
Coelogyne
speciosa
adalah jenis anggrek epifit yang hidup menempel pada batang atau dahan pohon
berukuran besar. Batangnya membentuk pseudobulb
atau umbi semu berbentuk bulat telur yang dalam keadaan segar akan tampak 4
sisi dengan 4 sudut. Pseudobulb bergerombol
rapat, panjang 6 cm, diameter 2 cm. Jumlah daun tiap pseudobulb 1 sampai 2 helai, bentuk bulat telur terbalik –
memanjang atau liner dengan ujung meruncing. Tulang daun sejajar dengan jumlah
tulang daun utama 3-5. Bunga tersusun dalam karangan majemuk tandan namun hanya
mekar 1 – 2 per individu. Ibu tangkai bunga berbentuk zig-zag, memiliki daun
pelindung berbentuk bulat telur atau bulat memanjang dengan ujung runcing.
Sepala median berbentuk berbentuk bulat memanjang, ujung berlekuk dan
meruncing. Sepala lateral bulat memanjang atau bulat telur ujung. Petala unik
berbentuk pita memanjang, sempit dengan lebar 2,5 – 3,3 mm, ujung berlekuk –
runcing atau meruncing. Memiliki labellum atau bibir yang sangat khas dengan warna
dasar putih sampai hijau muda, bagian tengah coklat, ujung putih, tidak rata,
berbulu. Labellum berukuran besar dan mencolok, bertaju 3. Buahnya
berbentuk bulat telur atau bulat telur
memanjang, berlekuk longitudinal.
Di Indonesia C. speciosa dijumpai di beberapa kawasan alam di Sumatera, Jawa
hingga Flores. Terdapat 3 sub spesies (subsp.) anggrek ini yakni speciosa, incarnata dan fimbriata. Ketiganya dapat dibedakan
berdasarkan ukuran petala, sepala dan labellum serta warna bunga secara
keseluruhan. C. speciosa subsp. speciosa dapat ditemukan di pegunungan
di pulau Jawa seperti Gunung Salak, Gede, Papandayan, Semeru, Tengger, Muria,
Ungaran, Menoreh, Merapi hingga Flores. Sementara C. speciosa subsp. fimbriata
ada di barisan pegunungan mulai dari Kerinci dan Bendahara di pulau Sumatera.
Sedangkan C. speciosa subsp. incarnata ditemukan di barisan
pegunungan Barisan dan Mamas di Sumatera. Namun demikian Coelogyne speciosa mungkin juga tumbuh di daerah lain mengingat
masih banyak kawasan alam dan pegunungan di Indonesia yang belum dieksplorasi.
Bagi saya Coelogyne
speciosa sangat spesial. Selain menjadi favorit, C. speciosa adalah spesies anggrek pertama yang saya potret di alam.
Anggrek ini menjadi bagian yang mengawali perkenalan saya dengan Anggrek alam
Indonesia. Melihatnya pertama kali 4 tahun lampau di salah satu puncak
Pegunungan Menoreh membuat saya makin jatuh cinta dan ketagihan untuk mengenal
lebih banyak lagi Anggrek Indonesia.
Anggrek Bibir Berbulu memang belum setenar
Anggrek Hitam. Namun mengenalnya dan menikmati kecantikannya mungkin akan mengubah
pandangan orang tentang anggrek ini. Coelogyne
speciosa adalah putri hutan di banyak kawasan alam Indonesia. Potensi dan
kecantikannya yang masih dipandang sebelah mata dan belum dianggap sebagai
spesies yang dilindungi justru membuatnya terancam oleh penjarahan.
Indonesia telah banyak kehilangan Anggrek
alam hanya karena kekurangtahuan masyarakatnya. Mengagungkan kecantikan spesies
Anggrek tertentu dengan mengabaikan perlindungan spesies lain juga bukan upaya
konservasi yang benar. Semoga dengan melihat kecantikan Anggrek Bibir Berbulu
ini membuat kita semakin peduli untuk menjaga kekayaan alam negeri sendiri.
Sesungguhnya tak ada satupun Anggrek Indonesia yang tak cantik dan semuanya
perlu untuk dilindungi tanpa perlu membedakan status kelangkaan dan
kekhasannya.
Komentar
Posting Komentar