Dua tahun belakangan saya menjadi sangat sering
memotret sebuah pernikahan yang digelar keluarga besar atau kawan dekat. Ada banyak pelajaran
yang diam-diam saya dapatkan seperti ragam prosesi adat pernikahan Jawa. Ternyata
prosesi adat pernikahan berbagai daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta tidak
seragam. Suatu hari saya menyaksikan pernikahan kakak yang diisi dengan
berbagai prosesi mulai dari menginjak telur, membasuh kaki, saling suap makanan
dan minuman dan sebagainya. Namun minggu lalu saya menyaksikan pernikahan
sepupu yang digelar di Yogyakarta ada beberapa prosesi yang tidak saya jumpai
hingga berlangsung lebih singkat. Padahal tahun lalu saya mengikuti prosesi
pernikahan seorang sahabat yang digelar di Yogyakarta, rangkaian
prosesinya cukup lengkap mirip dengan
prosesi pernikahan adat Jawa Tengah. Entahlah apakah memang sebenarnya prosesi
pernikahan data Jawa bukan sesuatu yang harus dilaksanakan lengkap dan hanya
sebagai simbol ataukah ada alasan lain yang saya belum mengerti.
Memotret prosesi pernikahan juga bisa menjadi
sarana saya belajar menghargai momen sekaligus cermat menentukan waktu.
Seringkali ketika memotret sebuah peristiwa saya terburu-buru mengambil gambar,
lalu langsung melihat hasilnya hingga sering terlambat mengabadikan momen
penting selanjutnya. Padahal ada banyak peristiwa yang tidak berulang dan
setiap momen yang terlalui pada dasarnya sangat berharga. Demikian juga dalam pernikahan. Dari
balik jendela bidik saya mencoba menahan diri untuk tidak segera menekan
shutter namun juga tetap awas mengikuti detik-detik berharga seperti pengucapan
akad nikah hingga momen ketika cincin dilingkarkan di jari manis.
Memotret prosesi pernikahan juga memberikan pelajaran untuk tidak terlalu sering memeriksa
hasil potret sebelum rangkaian persitiwa benar-benar selesai atau setidaknya
momen-momen penting sudah seluruhnya didapat. Bukan hanya lebih menghemat
baterai tapi juga menjaga passion memotret. Karena sebagai seorang yang hanya
memotret untuk hobi, mood berpengaruh besar untuk saya.
Memotret
sebuah prosesi pernikahan juga melatih kreativitas. Seringkali dalam sebuah
pernikahan terutama prosesi akad nikah ada banyak anggota keluarga yang
berkerumun untuk ikut mengabadikan momen penting tersebut. Jika di tempat umum
atau ketika memotret peristiwa jalanan dan pemandangan kita bisa leluasa dan “seenaknya”
menerobos keramaian atau melompat ke sana kemari, di sebuah pernikahan
hal itu tak bisa dilakukan. Oleh karena itu seringkali kita yang hanya seorang “fotografer
tamu” mendapatkan posisi yang tidak ideal untuk memotret di sebuah pernikahan.
Namun dari kondisi itulah kita bisa belajar memaksimalkan sudut yang sempit
untuk menghasilkan foto-foto yang manis. Memotret akad nikah dari celah
kerumunan orang bisa menjadi sangat menarik. Demikian juga mengambil gambar
dari samping pundak orang di depan kita dapat membekukan momen pernikahan
secara lebih mengesankan. Mengambil gambar dari celah jemari juga seringkali
menghasilkan foto yang cantik. Jika dari atas tetap susah, cobalah untuk
mengambil gambar dari posisi yang lebih rendah contohnya saat pengantin sedang berjalan.
Bisa jadi hasilnya lebih dramatis.
Komentar
Posting Komentar