Langsung ke konten utama

S.U.S.I : Sebuah Drama Musikal

S.U.S.I adalah Semua Unik Semua Istimewa, sebuah drama musikal yang telah sukses dipentaskan sebanyak 5 kali di Jakarta. Dan Sabtu malam kemarin, 13 Juli kemarin, S.U.S.I secara khusus dibawa ke Yogyakarta. Bertempat di concert hall Taman Budaya Yogyakarta, S.U.S.I dipentaskan sebanyak dua kali sore dan malam hari. Pertunjukkan pertama yang dimulai pukul 15.00 pun berlangsung meriah. Penonton yang sebagian di antaranya adalah anak-anak memenuhi concert hall.
S.U.S.I berkisah tentang kehidupan sepasang  remaja kakak beradik, Moru dan kakak perempuannya, Mora. Tema besar yang diangkat sekaligus menjadi latar dominan yang membungkus drama musikal ini adalah kehidupan remaja yang mengejar mimpi dan obsesinya. Mora dan Moru juga menampilkan wajah remaja masa kini yang tergila-gila pada sang idola.

Mora dan Moru tinggal bersama eyang putri yang juga seorang kepala Restoran sebuah hotel ternama. Meski tergolong mampu, Mora dan Moru hidup sederhana dalam asuhan sang nenek semenjak perpisahan kedua orang tua mereka.

Suatu hari mereka menyaksikan konferensi pers persiapan konser idola mereka yakni girlband Violet dan boyband Niyoru. Mereka sangat bahagia apalagi kedua idola tersebut menginap di hotel tempat sang nenek bekerja. Mereka pun ingin bertemu langsung dengan sang idola.

Tapi usaha mereka gagal di kesempatan pertama. Mora dan Moru diusir oleh para bodyguard hanya karena pakaian mereka yang sangat sederhana. Mora dan Moru dianggap gembel yang mengaku-ngaku memiliki seorang nenek kepala restoran hotel. Mora dan Moru pun pulang dengan membawa marah dan kecewa. Kepada sang nenek mereka mengadu. Sang nenek yang bijak dan baik hati akhirnya berjanji akan membawa mereka ke dalam hotel untuk bisa bertemu dengan sang idola.





Mora dan Moru akhirnya mendapatkan kesempatan langka menyaksikan latihan Violet dan Niyoru. Girlband Violet pun dengan manis menyambut mereka. Pertemuan dengan Violet membuat hati kedua kakak beradik tersebut melambung bahagia hingga pada sebuah momen tanpa sengaja mereka mendengar sesuatu yang menyakitkan. Di belakang mereka, girlband Violet ternyata mencibir Mora dan Moru sebagai penggemar yang kamseupay. Kecewa dengan perlakuan Violet, mereka pun pergi menyaksikan latihan Niyoru. Tapi sayang kesombongan Niyoru pun tak beda jauh dengan Violet. Mora dan Moru bahkan diusir dan diejek sebagai orang ndeso.

Perlakuan buruk yang diterima Mora dan Moru dari sang idola meninggalkan rasa rendah diri dan perasaan tertolak pada diri mereka. Kembali merekapun mengadu pada sang nenek. Dalam aduannya Mora dan Moru mempermasalahkan keadaan diri mereka yang sederhana hingga kerap dipandang sebelah mata. Kehidupan mereka tanpa orang tua juga mereka sesali karena sering menjadi bahan ejekan di sekolah. Dan perlakuan sang idola seakan mengklarifikasi bahwa mereka adalah anak-anak yang serba “tidak beruntung”. Mora dan Moru pun berandai-andai jika penampilan mereka diubah serba keren seperti sang idola, tentu tak akan ada orang yang merendahkan mereka. Jauh di dalam hati merekapun menyimpan marah dan dendam pada sang idola.



Suatu hari dalam perjalanan pulang, Mora dan Moru tanpa sengaja bertemu dengan manajer pertunjukkan Violet dan Niyoru di jalan. Mobil sang manajer mogok. Kesempatan itu digunakan oleh Mora dan Moru untuk mengadukan sikap kasar dan sombong sang idola. Sang manajer pun berjanji akan menegur artisnya.

Hari pertunjukkan konser Violet dan Niyoru semakin dekat. Kedua idola yang diam-diam saling berseteru tersebut sibuk dengan persiapan masing-masing. Tapi di kamar anggota girlband Violet sebuah insiden terjadi. Salah satu anggota Violet mendadak sakit karena alergi. Mereka pun kemudian menyadari ada orang iseng yang mengirimkan makanan ke kamar tanpa mereka memesannya. Kecurigaan Violet mengarah pada Niyoru. Boyband itu mereka anggap berusaha merusak rencana pertunjukkan Violet agar terlihat kacau di panggung. Tak terima dituduh melakukan sabotase, Niyoru pun mengelak. Kedua idola itu  bertengkar hebat.

Sang manajer yang datang melerai berusaha merunut sumber masalah pertengkaran kedua artisnya. Demikian juga dengan kepala restoran yang merasa ikut bersalah karena makanan yang dikirim dari restorannya itu telah menyebabkan anggota violet masuk rumah sakit. Pertemuan mereka menghasilkan titik terang termasuk pelaku yang iseng mengirimkan makanan ke dalam kamar Violet.
Mora dan Moru memilih jujur untuk mengakui bahwa merekalah yang diam-diam mengirimkan makanan ke kamar Violet. Ke dalam makanan itu mereka menambahkan bahan yang membuat seorang anggota Violet alergi. Di depan eyang mereka, Mora dan Moru meminta maaf kepada Violet dan Niyoru. Sementara sang manajer juga menyuruh artis-artisnya untuk meminta maaf kepada Mora dan Moru atas perlakuan mereka yang tidak ramah dan kasar tempo hari. Niyoru dan Violet juga diminta membuang kesombongan mereka.

Masalahpun selesai. Konser Niyoru dan Violet digelar. Mora dan Moru yang diam-diam pandai menari dan bernyanyi mendapatkan kesempatan untuk tampil bersama idola mereka di dalam konser. Semenjak saat itu pula Mora dan Moru menjadi terkenal. Tapi didikan sang nenek tentang kesederhanaan dan syukur membuat mereka tetap rendah hati dan menjadi diri sendiri.

 Sebagai sebuah drama musikal, kisah yang diangkat dalam S.U.S.I sangat sederhana. Tapi melalui gerak dan lagu yang dibawakan secara manis, kisah S.U.S.I mampu menghadirkan impresi. Mora dan Moru diperankan dengan pas layaknya sepasang remaja kakak beradik dengan segala macam perilaku keakraban di antara mereka. Pun demikian dengan girlband Violet dan Niyoru yang dipersonifikasikan oleh sekumpulan remaja ganteng dan cantik tapi berkelakuan ribet.

Meski properti yang mewarnai panggung tak terlalu beraneka rupa termasuk tata lampu yang sederhana, namun totalitas pertunjukkan S.U.S.I layak diapresiasi. Penonton terkejut ketika di sebuah segmen yang menggambarkan kecelakaan mobil sang manajer, properti yang digunakan ternyata mobil sungguhan. Sebuah mobil produk sponsor muncul di atas panggung dengan rodanya yang berputar dan lampunya yang menyala. Penokohan yang dilakukan para pemeran juga tidak berlebihan tapi cukup menghibur. Beberapa dialog bahkan mampu memecah tawa.

Adopsi beberapa unsur khas Jogja seperti sepeda onthel, dialek medhok yang pas dan tidak selebay sinetron, serta gimmick-gimmick khas lainnya  membuat S.U.S.I semakin istimewa. Dan yang utama sebagai sebuah drama musikal, S.U.S.I berhasil menampilkan paket lengkap antara gerak, lagu dan dialog. Hampir semua segmen yang menampilkan nasihat dan pesan dibawakan secara musikal. Lagu-lagunya pun sangat manis. Adegan pertengkaran dan berkelahi bahkan disamarkan secara baik dalam bentuk gerak tarian dan lagu.  

Kisah drama musikal S.U.S.I dengan dua tokoh utamanya Mora dan Moru menitipkan banyak pesan kepada anak-anak dan remaja tentang makna pentingnya menjadi diri sendiri. Kesederhanaan, kejujuran dan rasa syukur kepada Tuhan menjadi nilai berharga dalam kehidupan yang harus dipupuk sedari kecil dan dijaga seterusnya. Bahwa setiap orang dengan segala kekurangan dan kelebihannya adalah individu yang unik. Setiap orang dengan semua yang melekat pada dirinya memiliki kesempatan untuk menjadi orang hebat dan istimewa secara apa adanya. Semua Unik Semua Istimewa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu...

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan...

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk...