Selamat pagi,
Semalam untuk kedua kalinya saya menyempatkan
menonton tayangan Gala Show X-Factor Indonesia dan untuk pertama kalinya melihat
penampilan seorang peserta bernama Mikha Angelo. Sudah beberapa kali menangkap
pembicaraan para kawan juga saudara tentang “penyanyi muda” itu, akhirnya saya melihat
seperti apa penampilan dan aksi seorang Mikha dalam bernyanyi.
Ini bukan tentang kekecewaan beberapa
penggemar lagu Viva La Vida yang mungkin berkerut dahinya ketika menyaksikan
dan mendengarkan suara Mikha menyanyikan lagu itu. Juga bukan tentang aransemen
musik yang baik dan penari latar yang heboh menolong paket histeria seorang
Mikha. Apalagi tentang “save me song” yang mubazir.
Saya sempat menyimpan tanya kepada para juri
X-Factor dan ajang serupa tentang idealisme musik mereka yang sebenarnya. Tak
ada yang harus diragukan dari musikalitas seorang Anggun, Rossa, Ahmad Dhani, Beby
Romeo juga para pemusik lainnya yang menjadi juri di banyak pencarian bakat
yang tayang di TV. Mereka sudah membuktikannya lewat nama besar masing-masing
di panggung musik. Tapi menyaksikan penampilan seorang Mikha saya sering merasa
aneh dan mencoba menebak apa yang sebenarnya ada di benak para juri ketika
memasukkan seseorang yang dianggap berbakat tapi suatu ketika berbalik
meragukan bakat itu. Saat mereka mengkritik suara dan mencandai “modal tampang”
padahal mereka sendiri yang meloloskan peserta itu. Dalam titik ini saya kerap
dibuat binggung, apa yang sebenarnya disuguhkan dalam panggung musik itu ?.
Adakah idealisme yang benar-benar konsisten diusung dalam sebuah ajang
pencarian bakat ?. Atau mungkin benar idealisme para juri sengaja ditekan untuk
diendapkan sementara demi pamor acara, prestise stasiun televisi dan demi rating
?. Jika ini yang terjadi, kita sebenarnya patut merasa dirugikan kerena telah
diberi suguhan sebuah panggung yang tampak seperti panggung bernyanyi tapi yang
membungkusnya sebenarnya bukan murni sebuah nyanyian dari hati. Saya pun
kembali teringat kejadian beberapa tahun lalu ketika Yovie Widianto tiba-tiba
mundur dari juri Indonesian Idol ketika ajang tersebut justru sudah memasuki
babak show yang melibatkan polling sms.
Kembali ke soal penampilan Mikha semalam.
Saya akhirnya memahami pendapat beberapa kawan dan saudara yang menyimpan kesah
tentang penampilan Mikha. Beberapa bahkan nyinyir mempertanyakan kelayakannya
ada di panggung X-Factor. Suka atau tak suka harus diakui Mikha memang layak
ada di panggung tersebut untuk beberapa maksud. Mikha dan para kontestan yang
seperti dirinya memang dibutuhkan oleh sebuah panggung seperti X-factor.
Saya tersenyum miris ketika menyaksikan Mikha
bernyanyi sementara suara teriakan para penonton ABG wanita tak kunjung
berhenti. Mereka begitu histeris seolah Mikha tampil luar biasa sebagai idola.
Bahkan ketika Beby memberikan komentar bersayap, para penonton itu tetap
histeris seolah Beby sedang memuji. Padahal yang Beby utarakan kurang lebih
demikian : “Kamu punya kelebihan yang
tidak dimiliki oleh peserta lainnya. Para penggemarmu akan selalu histeris tak
peduli penampilanmu seperti apa di panggung. Tapi kamu perlu untuk
mempertanggung jawabkannya”. Boleh jadi itu memang sebuah pujian, tapi bagi
saya seorang Mikha sedang dipertanyakan secara halus oleh juri yang dulu justru
“terpesona” dengan “faktor X” yang dimilikinya. Ya, Mikha memang memiliki
faktor X yang bisa membuatnya mampu mengundang histeria seperti halnya orang
menonton Afgan tak peduli apakah ia menyanyi dengan baik atau tidak, bersuara
fals atau falseto, indah atau parah.
Kita hanya penonton yang tak tahu banyak
tentang seni menilai penyanyi, sementara para juri adalah penyanyi bernama
besar. Tapi komentar Beby Romeo atas
penampilan Mikha semalam yang terdengar halus sesungguhnya adalah sindiran telak
untuk panggung yang sedang ia gawangi sendiri.
Namun kita tak usah mempermasalahkan seorang
Mikha atau siapapun yang pernah menjadi komoditas panggung kompetisi.
Kenyataanya mereka memang populer dan disenangi seperti halnya aset bagi
kompetisi tersebut. Kenyataanya suara dan aksinya dalam bernyanyi bisa
mengundang histeria penonton dan bagi mereka yang mengidolai itu seringkali
jadi segalanya. Tapi sayangnya kita juga harus jujur mengakui bahwa Mikha dan komentar “pedas
tapi manis” dari Beby Romeo sesungguhnya adalah cermin dari kondisi panggung
musik Indonesia saat ini.
Tentu panggung musik Indonesia sedang tidak
mati suri atau sakit parah. Tapi juga bohong jika mengatakan panggung musik
kita sehat dan menyegarkan. Para juri X-Factor pasti mengerti tentang penyakit
yang sedang menyerang panggung musik tanah air karena mereka juga pernah
mengkritik secara halus Cherrybelle. Tapi Cherrybelle sebenarnya tak ubahnya
seorang Mikha yang sama-sama dilahirkan dari sebuah panggung komersil yang menuntut
mereka untuk cepat-cepat muncul tanpa peduli apakah mereka sudah seharusnya ada
di panggung tersebut.
Maka ketika seorang Anggun tampak terkejut
mengetahui Mikha menduduki peringkat dua terbawah, ia sebenarnya sedang tidak
terkejut akan kenyataan itu. Ia hanya terkejut kalau ternyata pada titik tertentu,
polling sms pun tidak bisa menutupi bahwa yang dibutuhkan di atas panggung
musik adalah lagu dan nyanyian, bukan pujian dan teriakan. Dan sayangnya
panggung musik Indonesia sedang mengalami kondisi darurat seperti demikian,
penuh “teriakan” tapi minim “nyanyian”.
Pada akhirnya sosok Mikha di atas
panggung X-factor bukan mengklarifikasi tentang kelayakannya di atas panggung
bernyanyi. Suatu hari nanti ia akan layak dan berhak mengisi panggung musik
Indonesia. Tapi X-factor semalam
menyuarakan pesan yang lebih besar bagi panggung musik Indonesia untuk kembali
berbenah sebagai “panggung yang benar-benar bernyanyi”. Dan sayangnya itu
sekaligus mempertontonkan ironi sebuah panggung kompetisi bernyanyi yang ingin
melahirkan penyanyi tapi melalui “cara yang membingungkan”. Beginila mungkin kondisi panggung
musik Indonesia saat ini. Tak usah putus asa sebagai penonton. Tak perlu
menangis apalagi merasa rugi jika harus melewatkan sebuah episode X-factor
karena masih banyak penyanyi dan panggung yang benar-benar melagukan musik
Indonesia.
Komentar
Posting Komentar