Ketika mengikuti seminar dan presentasi hasil
penelitian di Universitas Indonesia Desember tahun lalu, ada hal yang membuat
saya berfikir lagi dan akhirnya menyadari akan suatu hal. Berfikir tentang
kesan kebanyakan orang ketika mendengar “spesies langka”. Menyadari bahwa kesan tersebut boleh jadi
adalah salah satu hal yang menghambat upaya konservasi biodiversitas di
Indonesia selama ini.
Apa
yang ada di benak anda jika mendengar berita ditemukan 1 lagi spesies langka di
Indonesia ?.
Hal yang wajar jika kita merasa senang mendengar berita itu. Hal yang sering
kita jumpai ketika dalam sekejap berita tersebut langsung di retweet
berkali-kali di twitter sebagai kabar baik dari Indonesia. Lalu semua seperti
baru menyadari bahwa kita memiliki banyak spesies langka. Semua media
mengeksposnya sebagai penemuan yang perlu dipamerkan ke seluruh orang. Semua
itu adalah kesan dan respon yang kerap kali kita temukan dari masyarakat
Indonesia jika mengetahui sebuah spesies langka ditemukan. Kesan dan respon
yang selama ini dianggap sudah semestinya dan membanggakan padahal sebenarnya
memprihatinkan.
Coelogyne speciosa (Anggrek Bibir Berbulu) |
Haruskah
kita bahagia saat mengetahui ada spesies langka di sekitar kita ?.
Mengapa kebanyakan orang merasa senang dan
bangga jika negaranya memiliki banyak spesies langka ?. Boleh jadi karena
mereka terjebak pada pemahaman sempit tentang spesies endemik. Banyak yang
memahami spesies langka adalah spesies endemik dan itu adalah spesies yang
unik, khas dan cantik. Pemahaman tersebut tak sepenuhnya salah karena beberapa
spesies endemik memang cantik dan pada umumnya khas. Tapi endemisitas sebuah
spesies bukan merujuk pada bentuknya yang unik atau cantik, tapi pada
“keterbatasannya”. Spesies endemik adalah spesies yang memiliki habitat
terbatas atau terfragmentasi. Keadaan ini membuat spesies tersebut susah
berkembang di luar habitatnya. Jika habitat itu mulai terganggu keseimbangannya,
maka saat itulah ancaman kelestarian spesies mulai meningkat.
Dalam Biologi Konservasi, spesies langka
disebut sebagai rare species atau little-known species. Istilah ini
diterapkan untuk semua takson baik hewan maupun tumbuhan. Kelangkaan sebuah
spesies menunjukkan jumlah populasinya yang sedikit di seluruh dunia, beberapa
di antaranya memang bersifat endemik.
Konsep spesies langka selanjutnya berkembang
dan dijabarkan lebih rinci sebagai spesies yang statusnya berbahaya atau
beresiko tinggi mengalami kepunahan. Pemahaman ini membuat banyak negara justru
tak terlalu mengekspos keberadaan spesies langka di alam negerinya. Mereka
lebih memilih melakukan studi secara mendalam terkait populasi, perilaku,
reproduksi dan habitat dari spesies tersebut dibanding mempromosikan spesies
langka itu sebagai obyek wisata. Hal yang cenderung sebaliknya justru terjadi di
Indonesia. Kita kerap latah bahagia jika mengetahui ada spesies langka di negeri ini padahal spesies itu sedang
dalam status terancam.
Kita tentu masih ingat tentang kontroversi
promosi Komodo dan Pulau Komodo sebagai salah satu keajaiban dunia. Pihak yang
mendukung berpendapat bahwa Komodo adalah spesies unik yang harus dipromosikan
untuk mendorong datangnya banyak wisatawan yang pada akhirnya mendatangkan
keuntungan ekonomi yang nantinya juga dapat mendukung upaya perlindungan
Komodo. Tapi banyak pihak yang menyayangkan promosi tersebut. Alasannya kita
belum siap dan belum memiliki banyak informasi ilmiah yang wajib diperlukan
untuk Konservasi Komodo yang saat ini berstatus langka. Hal yang mendesak
dilakukan adalah studi ilmiah yang komprehensif terkait Komodo dan habitatnya sebelum
akhirnya diekspos secara luas untuk mengudang wisatawan. Hingga kini banyak
yang memperingatkan bahwa hadirnya banyak orang ke habitat Komodo justru menimbulkan
gangguan yang serius terhadap eksistensi Komodo dan juga keseimbangan alamnya. Dari
contoh kasus ini, jelas sekali ada dua logika yang bertolak belakang dalam
memahami “kelangkaan” sebuah spesies. Mereka yang memandang spesies langka sebagai
spesies yang unik kerap mendorong spesies itu menjadi obyek yang dikenal luas
untuk dilihat dan dikunjugi banyak orang. Sementara mereka yang berpandangan
lestari, status kelangkaan sebuah spesies justru menjadi tanda bahaya dan
peringatan agar manusia menjaga eksistensinya dan meningkatkan kualitas
keseimbangan serta keamanan habitatnya.
Dengan pandangan itu pula dapat dipahami
mengapa dalam banyak jurnal dan publikasi ilmiah internasional yang mengangkat
tentang penemuan spesies langka, peneliti akan merahasiakan detail lokasi
penemuannya. Hal itu dilakukan bukan untuk kepentingan pribadi sang peneliti,
tapi sebaliknya demi kelestarian spesies dan habitatnya. Publikasi tentang
lokasi dan keberadaan spesies langka kadang perlu “ditunda” untuk memberikan
waktu dan kesempatan pada penelitian-peneltian lain yang bermanfaat untuk
menunjang konservasi spesies tersebut.
Sebaliknya sering dijumpai kegagalan upaya
konservasi di Indonesia karena ekspos yang terlalu dini dan terlampau gencar
hingga akhirnya mempercepat lenyapnya biodiversitas tanpa sempat disentuh upaya
konservasi lebih dulu. Hal ini diperparah dengan pandangan sempit tentang
spesies endemik yang kerap disalahartikan sebagai spesies langka. Di sisi lain
pemahaman keliru masyarakat terhadap spesies langka justru meningkatkan ancaman
dan resiko kepunahan biodiversitas.
Vanda tricolor |
Di
banyak tempat orang akan merasa sedih jika mengetahui ada spesies langka
ditemukan di wilayah mereka karena itu menandakan mereka tak lagi
memiliki banyak waktu untuk melihat spesies tersebut. Sementara kita justru
sebaliknya. Kita sering merasa bangga memiliki banyak spesies langka.
Kebanggaan yang salah tempat dan waktu. Seolah spesies langka adalah obyek yang
menarik untuk dieksploitasi agar semua dunia tahu. Lalu kita lupa bahwa di saat
kita membanggakan keberadaannya, spesies langka itu justru sedang berlomba
dengan waktu. Dan tanpa sadar sikap kita seringkali mempercepat datangnya waktu
kepunahan itu.
Jadi masihkah kita akan senang dan bahagia
memamerkan pada semua orang kalau kita punya banyak spesies langka ?. Padahal
sikap itu hanya menunjukkan bahwa kita adalah bagian dari masyarakat sebuah
bangsa yang lalai menjaga kelestarian alamnya.
Semoga
esok kita tak lagi latah menyebarkan kabar tentang penemuan spesies langka
sebagai Good News From Indonesia.
Komentar
Posting Komentar