Ini bukan cerita tentang nama yang ada di judul tulisan ini. Tapi tulisan ini memang akan mengingatkan kita kepada sebuah nama, kepada seseorang. Seseorang bernama Mira Wijaya atau populer dikenal sebagai Mira W.
Tentu saja nama ini asing di telinga para teenlit jaman kini. Tapi para pembaca karya sastra Indonesia yang bergizi, pasti menjadikan nama ini sebagai bagian dari pengisi lemari bukunya.
Sepolos Cinta Dini. Sebenarnya saya sudah selesai membaca novel ini setahun kemarin. Tapi Hujan yang mengguyur semalam membawa suasana yang sayang dilewatkan dengan melamun begitu saja. Membaca menjadi pilihan dan saya bersyukur tak memiliki banyak pilihan novel
selain Mira W atau Marga T. Dan tanpa alasan rinci, secara acak saya menarik
satu judul dari tumpukan novel Mira W. di kamar.
Sepolos Cinta Dini. Saya membacanya lagi
kemarin malam. Novel ini adalah novel pertama yang ditulis oleh Mira pada tahun
1978 dan telah dicetak ulang hingga belasan kali.
Bicara Mira W. kita akan bicara tentang sebuah karya sastra (novel/cerpen) yang sangat khas dan "Mira sekali". Mulai dari latar kisah yang kerap mengambil suasana rumah sakit hingga tokoh dokter yang hampir selalu dimunculkan oleh Mira. Iya, Mira W. memang seorang dokter, tak heran ia mampu mengubah fiksi berlatar kehidupan dokter dan suasana rumah sakit dengan begitu nyata.
Bicara Mira W. kita juga bicara tentang judul-judul yang manis seperti Bukan Cinta Sesaat, Jangan Ucapkan Cinta, Tembang Yang Tertunda, Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat dan sederet judul manis dari karyanya yang telah mencapai lebih dari 70 judul.
Tapi satu yang paling khas dan membekas dari setiap karya Mira W. adalah sampul bergambar bunga. Bagaimana Mira W. membentuk citra dirinya dan seperti apa warna-warni sampulnya ?. Saya tuliskan di halaman lain, di sini.
Komentar
Posting Komentar