Entah kapan terakhir kali
saya menulis status di facebook, rasanya sudah lama sekali. Entah kapan juga
saya terakhir kali mengomentari status teman dan post di dinding facebook. Dan
malam ini, saat kalimat pertama ini dituliskan, saya baru saja membuka kembali
halaman facebook dan akhirnya meninggalkan jejak.
Membaca status seorang
teman, tentu masih sebatas teman di facebook karena kami belum pernah saling
jumpa, saya akhirnya memberikan tanggapan karena merasa tertarik dengan isi dan
pesan dalam statusnya.
Tulisan pada gambar di atas,
jika kurang jelas, berikut salinannya : “mau berusaha untuk gak akan terlalu
bereforia bnget lagi ke YN KAHITNA,,udah cukup selama 5 tahun aku selalu dukung
dan nnton mereka,,,tpi ternyata slalu dibalas dengan perlakuan para pengawal2
yang gak brshabt mentang2 aku bukan fans terdekat..ayo risma pasti kamu bisa
berubah,,,”
Bagi saya jika Risma
akhirnya memutuskan untuk memenggal sebagian cintanya pada idolanya yakni Yovie
& NUno dan KAHITNA, tentu sangat disayangkan. Namun juga hak seseorang
untuk menentukan sendiri berapa porsi kekaguman yang ingin dia berikan kepada
idolanya.
Jika membaca status
tersebut, hal yang membuat Risma kehilangan feeling kepada idolanya adalah
perihal kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan idolanya karena hadirnya
pengawal. Jika boleh menebak mungkin hal spesifik yang dimaksud adalah
kesempatan berfoto, bersalaman atau berbincang barang sejenak dengan idolanya.
Kehadiran pengawal di sisi public figur dalam hal ini YN dan
KAHITNA seusai pertunjukkan adalah hal yang wajar karena biasanya menjadi satu
paket dengan pengamanan pertunjukkan yang disediakan penyelenggara, bukan
selalu artisnya yang menghendaki pengawal. Khusus untuk KAHITNA dan YN,
mendengar cerita dan kisah banyak teman, mereka mungkin bukan tipe pesohor yang
menjaga jarak terlampau jauh dengan penggemarnya.
Tapi saya pun mengerti
suasana kebatinan Risma. Ketika tahu banyak penggemar YN dan KAHITNA yang bisa
cukup dekat dengan sang idola, seorang fans tentu ingin mendapati kesempatan
yang serupa. Dan Risma yang sudah 5 tahun menjadi fans pasti dan wajar
menginginkannya. Namun kenyataan yang ia alami rupanya langsung menimbulkan stereotype bahwa ada dua jenis penggemar
yakni “penggemar dekat” dan “penggemar biasa”. Setidaknya klasifikasi tersebut
tersurat dalam status Risma.
Ada tidaknya klasifikasi
penggemar dekat dan penggemar biasa mungkin benar, tapi mungkin juga tidak.
Jika ukurannya kesempatan untuk bisa dekat dan berfoto hingga berbincang akrab
dengan idola mungkin klasifikasi itu memang ada. Tapi juga bukan sesuatu yang
tegas ada.
Yang menjadi sedikit masalah
adalah ketika seseorang memilih idola karna sosok fisiknya atau personality
yang menonjol dari idolanya tersebut. Dalam hal ini wajar jika Risma
mengidolakan KAHITNA dan YN karena sosok-sosok ganteng di dalamnya. Tentu hal
itu sah-sah saja, nyatanya KAHITNA dan YN selain memiliki lagu-lagu yang manis,
juga memiliki personel yang ganteng di mata kaum wanita seperti Risma. Tapi
seperti yang lumrah terjadi, ketika seorang penggemar sangat mengidolakan
kelompok musik dengan obsesi utama pada personelnya, memang biasanya rasa
kecewa mudah muncul ketika kesempatan meraih tangan sang idola pupus meski
wajah mereka sudah saling tatap berhadapan.
Hilangnya feeling Risma pada
idola karena faktor dan alasan tersebut banyak terjadi dan wajar-wajar saja.
Tentu jika hal itu memang benar yang membuat Risma kecewa, karena saya pun
tidak tahu alasan pastinya. Bagaimanapun berfoto bersama idola atau berbincang
kata dengan mereka adalah hal yang membanggakan bagi seorang penggemar. Beda
dengan beberapa orang seperti saya misalnya. Menjadi penggemar KAHITNA yang
membuat saya tertarik pertama kali adalah karya-karya mereka. Baru setelah
mengenal lagu-lagunya, saya mulai tahu nama-nama personelnya. Pertama kali
melihat KAHITNA menyanyikan Tak Mampu Mendua, saya bahkan perlu bertanya kepada
mba untuk memastikan nama grup yang sedang bernyanyi, heheh.
Dan meski sangat suka
memotret, pada dasarnya saya bukan orang yang suka dipotret. Dalam hardisk
laptop pribadi, hanya ada 2 foto saya dari setiap 1000 foto yang saya ambil. Berapa
kali saya berfoto dengan KAHITNA ?. Sekali, dengan kang Hedi di Malang, hanya
satu foto, itupun setelah kang Hedi bertanya : “mau foto ?”. Kalau tidak
ditanya saya sebenarnya hanya ingin menyapa atau berbicang pendek dan
mengucapkan selamat atas penampilan keren KAHITNA di panggung, hehe. Bahkan ketika
dipanggil oleh bassis KAHITNA waktu itu untuk naik berfoto bersama KAHITNA saya
pun urung, cukup berbincang saja dan selebihnya saya adalah seorang yang
pemalu, malu untuk dipotret ^^. Tapi jika akhirnya ada kesempatan berfoto atau
berbincang dengan idola tentu saya juga merasa beruntung, toh saya juga bukan
penggemar yang rajin-rajin amat hadir di pertunjukkan mereka, hehehe.
Yang penting setiap
penggemar memiliki cara sendiri untuk mengagumi idolanya. Dan obsesi berfoto
atau bertemu seperti yang Risma pendam selama ini adalah salah satunya. Meski
mungkin ada yang terlupakan oleh Risma, bahwa mau tak mau, suka tak suka,
selalu ada batas yang ditimbulkan dari setiap kondisi atau status. Kondisi dan
status penggemar dan idola pasti selalu menghadirkan jarak. Seberapa tegas
jarak itu, seberapa jauh atau dekat jarak tersebut, setiap penggemar bisa
memiliki pandangannya sendiri.
Tapi Risma pun mungkin mengerti akan hal itu. Setidaknya penggalan akhir statusnya mengamini : "ayo risma kamu pasti bisa berubah". Setidaknya segala sesuatu yang
berlebihan memang kurang baik, dan sering menjadi awal kekecewaan jika akhirnya
kenyataan yang hadir tak seindah khayalan yang diukir.
Untuk Risma : “Jangan begitu
dong, Risma...semua hanyalah masalah waktu dan kesempatan..percaya deh..setidaknya KAHITNA dan YN menjadi besar karena ada penggemar-penggemar seperti Risma”
Komentar
Posting Komentar