Merapikan kembali kumpulan buku di kamar hari
ini membuat saya membaca lagi sebuah buku hebat yang berisi gagasan seorang
tokoh yang ketika SD sering diagung-agungkan oleh guru di kelas. Seorang tokoh
yang saat SMP hingga SMA banyak menjadi idola teman-teman meski mungkin pada
waktu itu mereka hanya ikut-ikutan saja. Seorang tokoh yang saat kemudian saya
beranjak ke bangku kuliah sempat membuat bangga karena saya berada di satu atap
kampus yang sama dengan beliau.
Amien Rais, tokoh nasional yang gagasan dan
kontribusinya bersama gerakan mahasiswa berhasil menjebol tembok pemerintahan
orde baru. Tak hanya itu, ia pun mengantarkan bangsa ini ke babak baru
pemerintahan reformasi. Pemerintahan yang diharapkan membawa perubahan ke arah
yang lebih baik.
Pemikiran kritis dan tajam yang dulu sering ia
sampaikan kepada pemerintah membuatnya dikenal sebagai tokoh pro perubahan.
Ide-ide dan konsep originalnya tentang pemerintahan membuatnya dulu banyak
digadang-gadang sebagai calon pemimpin baru Indonesia. Dan meski akhirnya tak
berhasil menjadi Presiden, Amien Rais tetap dipandang sebagai salah satu tokoh
utama reformasi.
Namun seiring berjalannya reformasi, terutama
seusai turun dari jabatan politiknya sebagai ketua MPR, nama Amien Rais seperti
meredup. Dan sepanjang itupula kritik-kritiknya terhadap pemerintah dirasa tak
lagi segencar sebelumnya meski gagasan-gagasan masih kerap ia lontarkan.
Banyak yang menilai Amien Rais memilih
mencoba menjadi Bapak Bangsa yang memasang mata dari kejauhan. Namun tak
sedikit pula yang memandang ia telah “berubah”. Sampai akhirnya di tahun 2008
ia menerbitkan sebuah buku.
Buku yang sesaat diluncurkan dan dibedah di
kampus membuat saya langsung meluncur ke toko buku. Buku hebat karena
berisi kristalisasi pandangan yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan bangsa
dari efek buruk globalisasi. Buku yang tak sekedar mengkritik tapi juga
menghadirkan rekomendasi dan saran. Buku yang bisa disebut sebagai monograf
karena secara penuh mendiskusikan sebuah masalah bangsa. Buku yang mungkin
dapat menjadi panduan oleh pemimpin dalam membangun negeri. Buku yang dinilai
sebagai gagasan seorang Amien Rais yang akan dia jalankan dan tularkan secara
konsisten untuk mengubah keadaan negeri. Buku bersamul merah darah berjudul : SELAMATKAN INDONESIA !
Namun membacanya lagi siang ini membuat saya
tiba-tiba membandingkannya dengan keadaan saat ini. Bukan hanya keadaan
negeri tapi juga “keadaan” Pak Amien Rais. Banyak yang menilai beliau kini tak
lagi sekritis dahulu. Banyak yang berpendapat Amien Rais kini tak ubahnya
politikus yang gemar beretorika. Ada pula yang memandang Amien Rais kini telah
menjadi bagian dari pendukung pemerintah yang sebelumnya ia kritik
habis-habisan, setidaknya partai yang ia bentuk dahulu kini nyaman duduk
bersama pemerintah sebagai pendukung setia. Dan banyak juga yang menyayangkan
posisi Amien Rais saat ini yang seolah-olah menutup mata akan berbagai masalah
pemerintahan yang dulu ia kupas dengan terang benderang.
Dengan sangat rinci Amien Rais mengupas
masalah bangsa lengkap dengan padangan pedasnya terhadap pemerintahan SBY.
Beliau menguraikan sejumlah kelemahan pemerintahan SBY yang dituliskannya dalam
bentuk kritik panjang lebar. Sejumlah kritik yang dirangkumnya ke dalam 10 butir
dengan penjelasan seperti dituliskan pada halaman 230-232.
1. Disadari atau tidak, mentalitas inlander makin bercokol
dan mengakar
2. Rasa percaya diri dan kemandirian bangsa bukannya pulih
secara perlahan, tetapi nampak semakin tipis dan nyaris hilang
3. Telah terjadi erosi kedaulatan ekonomi, kedaulatan
politik dan kedaulatan pertahanan-keamanan yang terus berproses secara cepat
4. Deregulasi, privatisasi, fundamentalisme pasar, dan
seluruh prinsip konsensus Washington dijalankan tanpa daya kritis..............
5. State capture corruption tidak pernah dilawan atau
diperangi : justru Pemerintah Yudhoyono menjadi pelaku korupsi jenis yang
paling berbahaya ini..............
6. Sektor pertanian tidak diprioritaskan.......
7. Penegakan hukum cenderung tebang pilih........
8. Permainan politik di masa Orde Baru telah muncul kembali
ke panggung nasional...............Kroni yang berkerumun di sekitar pusat
kekuasaan itu saling sokong dan saling bantu
9.
Perkembangan negatif
lainnya di era Yudhoyono adalah kemunculan oknum-oknum yang memegang kendali
pos-pos penting pemerintahan.......Para tokoh pemerintahan yang menggenggam
fungsi dobel atau tripel itu menolak my
loyalty to my party ends when my loyalty to my county begins....
10. Memasuki tahun keempat Pemerintah Yudhoyono semakin nyata
bahwa masalah kemiskinan dan pengangguran hanya sedikit saja beringsut...
Pandangan Amien Rais yang dituangkan dalam
sepuluh butir kritik dan identifikasi masalah pemerintahan Yudhoyono jilid
pertama di atas, tentu disetujui banyak orang dan pengamat yang berpandangan
serupa. Kita pun yang awam mungkin mengakuinya. Namun entah apa yang terjadi
saat ini. Amien Rais seolah tidak melihat lagi kritik-kritik yang pernah
disampaikannya dulu. Ini bukan tentang suara vokalnya yang tidak lagi sederas
dulu. Namun tengoklah saat ini. Bukankah masalah-masalah itu masih tetap ada ?.
Dan ironisnya kini orang-orang dekat Amien Rais justru dinilai menjadi bagian
dari masalah itu, setidaknya mereka berada di dalam lingkaran kekuasaan yang
bermasalah tersebut.
Jika beliau konsisten dengan butir 9
misalnya, bagaimana dengan kedudukan Hatta Rajasa dalam Kabinet hingga saat ini
?. Tak mampukan beliau memberikan “inspirasi” pada Hatta Rajasa untuk
melepaskan jabatan sebagai Ketua PAN ?. Yang terjadi justru Amien Rais dikenal
erat dan menjadi salah satu pendukung utama sang menteri. Beliau pun sempat
menyatakan dukungan jika nantinya Hatta Rajasa mencalonkan diri menjadi Capres
2014. Hal itu mungkin urusan pribadi seorang Hatta Rajasa, namun sebagai tokoh
yang berada di bawah payung partai yang sama, apalagi yang sebelumnya dikenal
kritis, Amien Rais sebenarnya bisa
memberikan contoh dengan “mengubah” orang-orang terdekatnya terlebih
dulu.
Bahkan jika mengupas kritiknya terhadap
pemerintah yang dinilai makin membuat Indonesia jauh masuk ke dalam cengkeraman
globalisasi dan penjajahan ekonomi, maka kedudukan dan sepak terjang Hatta
Rajasa sebagai Menko Perekonomian kembali bisa dibaca sebagai alasan masyarakat
mempertanyakan ulang konsistensi Amien Rais terhadap kritik-kritiknya selama
ini pada pemerintah. Apakah Amien Rais juga telah menyampaikan ide dan
saran-sarannya agar pemerintah berani
berkata TIDAK pada kepentingan asing melalui Hatta Rajasa ?.
Beragam kritik dan sumber masalah bangsa
dengan elok telah diungkapkan Amien Rais dalam bukunya. Mulai dari peran media
massa, korupsi yang makin merajalela, (termasuk di dalam pemerintahan), masalah
kontrak karya Freeport, jebakan IMF-Bank Dunia dan korporasi besar serta masih
banyak lagi yang semuanya membuat beliau menarik kesimpulan seperti (sekali
lagi) tertulis pada judul bukunya : SELAMATKAN INDONESIA. Penyelamatan bangsa
sebuah hal yang menurutnya sebagai Agenda Mendesak.
Kini masihkah beliau menganggap kritiknya
pantas untuk diteruskan termasuk ke orang-orang dekatnya sendiri di dalam
pemerintahan ?. Ataukah beliau sudah merasa pemerintah Yudhoyono yang di dalam
bukunya ia kritik habis-habisan telah ia anggap berhasil menyelamatkan
Indonesia ?. Masih konsisten kah beliau untuk tetap berdiri sebagai tokoh
reformasi yang tak ingin berkompromi dengan penyelewengan-penyelewengan
pemerintah ?.
Nyatanya 4 tahun berselang usai beliau
meluncurkan gagasannya tersebut, masalah-masalah tidak jua enyah dari bangsa
ini. Memang siapapun akan tidak mudah mengubah kondisi ini. Tapi seperti
diungkapkan di dalam bukunya juga bahwa lebih dari 60 tahun tahun Indonesia
merdeka sebenarnya bangsa kita mengalami masalah yang serupa yaitu pengulangan
penjajahan, pelakunya saja yang berbeda.
Dan kita yakin beliau sebenarnya mengerti
akan masalah-masalah yang makin kuat menjerat bangsa saat ini. Bahkan jika
kembali membaca tulisannya, seorang Amien Rais sesungguhnya telah memprediksi
akan hal ini. Setidaknya itu yang ia ungkapkan di halaman 225 : “Masalahnya
bila kepemimpinan Yudhoyono atau model kepemimpinan Yudhoyono diberi kesempatan
memimpin Indonesia 5 tahun lagi sesudah 2009, negeri kita agaknya tidak lagi
punya harapan untuk bangkit kembali.”. Kini masihkah beliau ingat
dengan tulisannya tersebut ?.
Mengapa kini Amien Rais seolah lembek dan
sering dipandang berkompromi dengan pemerintah yang pernah ia nilai sebagai broken government dengan segenap masalah
yang telah ia utarakan ?. Saya tidak tahu apa yang telah terjadi. Namun jika
benar, maka itu sangat disayangkan. Dalam tulisannya di halaman 85, kaitannya
dengan kepentingan korporasi besar yang mencengkeram Indonesia, Amien Rais
berpendapat : “Kompromi adalah kata yang
harus dihindari, karena kompromi berarti kegagalan........”. Saya tidak
tahu apakah konteks kompromi yang dimaksud hanya berlaku untuk kepentingan
korporasi atau juga terhadap pemerintahan yang telah dikuasai korporasi.
Yang pasti seorang Amien Rais mengerti bahwa
posisinya tak sekedar tokoh politik namun juga seorang intelektual yang
diharapkan memberikan pencerahan kepada bangsa. Seorang intelektual dengan tugas
yang juga telah dia tuliskan di halaman 137 : “Tugas pokok seorang intelektual di dunia politik adalah memegang
tinggi-tinggi cermin yang jernih, kritis dan obyektif di depan para penguasa
yang biasanya dilingkari dengan pendukung-pendukung yang
menjilat.................”. Sebuah pemikiran dan pesan yang sangat baik
meski sisi dan prinsip-prinsip intelektualitas sering harus berjuang keras untuk
dapat dipertahankan di tengah godaan politik. Setidaknya beberapa orang-orang
terdekatnya dipandang telah mengalami disorientasi tersebut.
Tak ada yang meragukan kapasitas intelektual
seorang Amien Rais. Jasa dan kontribusinya dalam mengantarkan Indonesia ke
gerbang reformasi yang pada waktu itu berbalut semangat perbaikan dan perubahan
negeri tak bisa dianggap sepele. Dan akan makin berarti jika beliau tak sekedar
mengantarkan bangsa ini sampai di depan pintu reformasi saja, tak sekedar menulis
dan memberikan kritik, tapi menunjukkan dengan contoh nyata dan konsisten
bagaimana seharusnya reformasi ini dijalankan, meski tak harus berada di kursi
kekuasaan.
Masihkah Pak Amien Rais ingat yang
dituliskan dalam “SELAMATKAN INDONESIA!” ?. Atau pemerintah sekarang di mana
partai Bapak ikut duduk kini sudah berhasil menyelamatkan bangsa ?.
Komentar
Posting Komentar