Mencapai usia 26 tahun bagi sebagian
orang mungkin hal yang biasa saja. Namun jika itu dicapai oleh sebuah grup
musik tentu luar biasa. Dan 24 Juni 2012 kemarin, KAHITNA mencapai bilangan
tersebut.
Tak banyak yang sanggup seperti mereka. Komplotan
musisi hebat ini mampu bertahan lebih dari dua dekade dengan tetap konsisten
menghadirkan karya-karya musik yang berkualitas. Sebuah pencapaian yang
istimewa karena dibutuhkan konsistensi dan komitmen yang besar untuk dapat terus
berkreasi sekaligus menjaga kekompakan formasi. Harus diakui pula semua itu
bukan hal yang mudah, namun KAHITNA membuktikan mereka sanggup melakukannya.
FORMASI
YANG SOLID
Angka 26 tahun yang sukses KAHITNA ukir
tak lepas dari kekompakan dan komitmen para personelnya untuk terus berkarya
bersama-sama. Di bawah komando Yovie Widianto, eksistensi KAHITNA pantas
diteladani oleh para pendatang baru.
KAHITNA dibentuk oleh Yovie Widianto di
Bandung pada 24 Juni 1986. Tanggal tersebut bukanlah hari di mana para personel
KAHITNA berkumpul pertama kali, melainkan dipilih untuk mengabadikan prestasi
mereka saat pertama kali menjuarai festival musik tingkat nasional.
Sejak awal dibentuk KAHITNA telah
mengusung format grup band yang beranggotakan banyak personel. Hebatnya sejak
awal mereka hampir tak mengalami perombakan personel kecuali pergantian formasi
vokalis.
KAHITNA pertama kali memasang Trie Utami
sebagai vokalis. Selanjutnya secara bertahap sejak tahun 1987 KAHITNA
kedatangan Hedi Yunus, Carlo Saba, Rita Efendy dan Netta Kusumah Dewi di
jajaran vokalis. Formasi KAHITNA voices ini dilengkapi oleh Ronny Waluya
sebagai additional yang pada
perjalanannya menggantikan Rita dan Netta. Dan semenjak itu hingga kini KAHITNA
kokoh berdiri dengan formasi 9 personel yakni Yovie Widianto (piano, keyboard),
Budiana Nugraha (drum), Hedi Yunus (vokal), Carlo Saba (vokal), Bambang Purwono
(keyboard), Doddy Isnaini (bass), Harry Suhardiman (perkusi), Andrie Bayuadjie
(gitar), Rony Waluya (vokal) yang kemudian hengkang setelah album Cerita Cinta
dan baru pada tahun 2001 KAHITNA menemukan penggantinya yakni Mario Ginanjar. Beberapa
nama lain juga pernah tampil bersama KAHITNA seperti Margono dan Bubi Iradiadi.
Lantas apa yang membuat KAHITNA sanggup
menjaga keutuhan formasi selama lebih dari 20 tahun ?. Kekeluargaan yang
terbina dari sejak awal persahabatan mereka menjadi perekat dari perpecahan.
Perasaan saling menghargai kreativitas setiap personel membuat KAHITNA selalu
solid. Meski setiap personel memiliki kiprah musik masing-masing, mereka tetap
satu : KAHITNA.
DISKOGRAFI
“Nggak ada matinya”, itulah KAHITNA. Sembilan
album selama 26 tahun perjalanan musikal mereka adalah buktinya. Cerita Cinta
(1994) adalah album pertama yang mengantar mereka menjadi idola musik pop
Indonesia. Selanjutnya album Cantik (1996), Sampai Nanti (1998), Permaisuriku
(2000), The Best (2002), Cinta Sudah Lewat (2003), Soulmate (2006) dan Lebih
Dari Sekedar Cantik (2010) bersambungan meneguhkan nama KAHITNA sebagai juragan
lagu cinta terbaik Indonesia. Julukan yang tidak berlebihan mengingat sejumlah
masterpiece & hits telah mereka
lahirkan, sebut saja Cerita Cinta, Cantik, Tak Sebebas Merpati, Andai Dia Tahu,
Setahun Kemarin, Cinta Sudah Lewat, Aku Dirimu Dirinya dan Mantan Terindah. Lagu-lagu
tersebut tak hanya menjadi soundtrack
cinta pilihan yang dikenal semusim saja, namun juga abadi bertahun-tahun.
Di tahun 2011 KAHITNA juga melepas
sebuah album bertajuk 25 TAHUN CERITA CINTA KAHITNA untuk menandai masa perak
perjalanan mereka. KAHITNA pun menyumbang karya di beberapa album kompilasi
antara lain yakni 10 BINTANG NUSANTARA 2 (1989), TERIMA KASIH INDONESIA (1995),
IBU BANGSA dan FROM US TO YOU (Tribute To Titiek Puspa).
DULU
BAND FESTIVAL, KINI BAND LANGGANAN KONSER
Perjalanan 26 Tahun KAHITNA memang
menjadi prestasi terbesar Yovie Widianto dan kawan-kawan. Namun jalan tak
sepenuhnya dirajut dalam cerita manis. Menjuarai berbagai kompetisi festival tingkat
nasional tak membuat jalan karir KAHITNA mulus. Cap sebagai band festival justru
menghambat mereka menembus industri rekaman tanah air. Predikat juara dunia
yang mereka raih di Jepang tahun 1991 pun belum membuat pintu rekaman terbuka.
KAHITNA banyak ditolak label rekaman lantaran musiknya dianggap terlalu
festival sampai akhirnya bakat mereka difasilitasi oleh Bens Leo dan Edi Susilo
yang mengantarkan KAHITNA ke dapur rekaman dengan hasil album pertama yang
cukup fenomenal : Cerita Cinta.
Cerita Cinta boleh disebut sebagai
tonggak penting dalam perjalanan musikal KAHITNA. Cerita Cinta adalah produk dari
kompromi idealisme yang dilakukan KAHITNA untuk mengeksplorasi sisi musik
mereka yang diminati oleh pendengar Indonesia. Cerita Cinta adalah transformasi
KAHITNA dari band festival pengusung musik fusion jazz menjadi band rekaman
yang ngepop. Cerita Cinta pun diterima dengan baik oleh pendengar. KAHITNA menjelma
menjadi band ABG yang digandrungi banyak remaja dan anak muda pada saat itu.
Debut manis Cerita Cinta kemudian
disambung lewat karya-karya berikutnya seperti Cantik dan Andai Dia Tahu.
KAHITNA pun semakin rajin menyebar virus cinta dari satu panggung ke panggung
lain.
Aksi panggung KAHITNA selalu menarik
untuk diikuti. Totalitas mereka tak perlu diragukan lagi. KAHITNA seperti
memiliki sihir yang selalu berhasil membuat penonton terhanyut dalam setiap
kisah cinta yang dibawakan. Kejutan-kejutan yang sering mereka hadirkan dalam
setiap penampilan live membuat aksi KAHITNA di panggung selalu susah dilupakan.
Salah satunya KAHITNA sering menyajikan berbagai aransemen musik untuk satu
lagu yang sama. Interaksi mereka dengan penonton juga terjalin intim. Tak heran
jika banyak yang menilai penampilan panggung KAHITNA secara live terasa
berkali-kali lipat lebih dahsyat dari yang mereka sajikan dalam kaset dan CD.
KAHITNA seperti sajian Paket Komplit band festival, band rekaman sekaligus band
panggung.
Dua dekade berselang, mereka tak
menghilang, justru makin gemilang. Sukses melahirkan berbagai hits, nama mereka
berkibar sebagai yang terdepan di jajaran band pengusung musik pop romantis.
Masa perak 25 tahun menjadi pembuktian
eksistensi sekaligus kreasi mereka yang tiada berhenti. Sebuah konser pada 15
September 2011 merangkum seluruh pencapaian mereka selama seperempat abad.
Konser 25 TAHUN CERITA CINTA KAHITNA menjadi konser terbesar artis lokal
sepanjang tahun. Konser yang bahkan tak cukup hanya digelar sekali karena besarnya antuasiasme penggemar yang ingin
menyaksikan babak baru dalam perjalanan panjang band yang namanya diambil dari
bahasa Filipina ini. Konser serupa pun digelar kembali di penghujung tahun.
Sukses 2 konser besar di tahun 2011 tak
membuat KAHITNA puas. Di tahun 2012 mereka kembali sukses menggelar pertunjukkan
bertajuk Konser HATI pada 14 Februari dan 1 Juni. Nama besar KAHITNA di blantika
musik tanah air seperti magnet yang menarik banyak promotor penyelenggara
pertunjukkan. Dalam jeda antar 2 konser HATI, KAHITNA menjadi band pertama
Indonesia yang menyelenggarakan konser bersama dengan musisi dunia. Sepanjang
bulan Maret KAHITNA bersama Rick Price menggelar panggung cinta di 5 kota dalam
rangkaian Indonesia Tour 2012. Semua pertunjukkan itu bukanlah pertunjukkan
biasa. Sihir KAHITNA selalu mampu menarik ribuan pasang mata untuk menyaksikan
mereka. Band festival itu kini telah menjadi ikon langganan konser.
MUSIK
YANG RAPI DAN TAK PASARAN
Tak bisa dipungkiri bahwa salah satu
kunci keberhasilan KAHITNA bertahan di kerasnya industri musik Indonesia yang
dikenal sangat komersil ini adalah keberhasilan menjaga wibawa sebagai band
dengan aransemen musik yang rapi dan khas. KAHITNA hampir tak pernah bermain di
luar pakem dasar mereka. Itulah yang membedakan KAHITNA dengan band-band jaman
kini yang silih ganti bermunculan dengan genre seragam dan tanpa pakem bermusik
yang jelas. Karya band-band itu cepat naik namun cepat pula dilupakan.
Sementara KAHITNA dengan karya-karyanya selalu mendapat tempat tersendiri di
hati penikmat musik meski putaran zaman terus berganti.
Apapun trend musik Indonsia KAHITNA
tetap KAHITNA yang musik dan lagunya tetap KAHITNA banget. Memiliki prinsip
tulus dalam berkarya, KAHITNA menjadi band yang menjunjung tinggi orisinalitas.
Ditunjang oleh musikalitas yang kuat dari setiap personelnya, KAHITNA berhasil
menampilkan musik pop Indonesia dengan sentuhan warna jazz dan etnik. Semuanya
diramu manis dalam aransemen yang rapi, seringkali terdengar sederhana namun
kaya rasa. Itulah KAHITNA. Mereka tak pernah membuat karya yang pasaran meski
selalu mengangkat tema cinta, “tema pasaran” yang banyak digarap oleh grup dan
penyanyi lain.
PRESTASI
TINGGI TANPA SENSASI
Menjadi idola sekaligus ikon tak membuat
KAHITNA menjadi artis spesialis infotainment. Nyaris mereka tak pernah membuat
sensasi yang tak perlu meski kiprah mereka atau kehidupan para personelnya
sesungguhnya layak untuk dijual di bursa infotainment Indonesia.
Jika artis atau grup lain beralibi bahwa
infotainment atau reality show adalah cara mereka mendekatkan diri dengan
penggemar (meski kadang melalui cara yang kurang elegan), maka KAHITNA punya
cara sendiri untuk menyapa penggemarnya.
Sebagai sebuah grup band, popularitas
KAHITNA boleh dikatakan sepenuhnya dibentuk melalui prestasi mereka. Hanya
beberapa kali saja kabar burung muncul mengenai hengkangnya sang leader Yovie
Widianto. Namun untuk ini pun KAHITNA tak membutuhkan banyak kamera. Pencapaian
dan kebersamaan selama 26 tahun telah menjadi jawaban paling nyata. Mereka tak
membuat sensasi kecuali prestasi.
KAHITNA
ITU CINTA
CINTA, itulah yang paling tepat untuk
menggambarkan KAHITNA jika harus diungkapkan dalam satu kata. KAHITNA ada dan
terus ada karena cinta, mereka juga berkarya untuk cinta.
Suatu ketika Yovie Widianto mendapat
pertanyaan reporter TV tentang KAHITNA. Yovie pun menjawab dengan menggambarkan
KAHITNA sebagai kumpulan manusia biasa dengan cinta yang luar biasa. Ungkapan
yang terdengar hiperbolis namun sesungguhnya tidak berlebihan jika pandangan diarahkan kepada Yovie dkk.
Bertahan dalam sebuah formasi grup band
beranggotakan banyak personel dengan beragam sifat bukanlah hal yang mudah.
Proses dan dinamika yang terjadi dalam grup band seringkali berujung pada matinya
kreativitas bahkan perpecahan. Itulah yang banyak menimpa beberapa grup musik
Indonesia saat ini. Namun KAHITNA tampaknya mampu melewatinya dengan baik. Keutuhan
mereka terjaga baik meski banyak personelnya memiliki jalur karya di luar
KAHITNA, sebut saja Yovie Widianto dengan sejumlah proyek musiknya. Hedi Yunus
dan Mario yang bersolo karir, atau Carlo Saba yang menggeluti dunia bisnis juga
memiliki grup vocal bernama SABA. Keberagaman itu justru membuat mereka padu dan
semuanya hanya dapat terjadi karena satu hal yakni CINTA, hal yang sedari awal
telah mereka ungkapkan dalam superhits pertama mereka : “biar cinta bergelora di dada, biar cinta memadukan kita..”
CINTA pula yang selama ini menjadi ruang
tema utama mereka dalam berkarya. Lagu-lagu cinta KAHITNA adalah karya yang
mereka sebut lahir dari sebuah ketulusan dalam berkarya. Itupula yang membuat karya
mereka selalu dapat diterima dan tak membosankan meski didengar berkali-kali. Sesuatu
yang berasal dari hati, akan diterima dengan hati pula.
Sebagai grup musik pengusung tema cinta,
KAHITNA memiliki keunggulan dibanding grup lain. Selain musikalitas yang kuat
dari tiap personelnya, KAHITNA juga pandai menangkap trend kisah cinta. Mereka
seolah mampu membaca kegalauan hati penikmat musik tanah air. Simaklah beberapa
album KAHITNA terakhir seperti Cinta Sudah Lewat, Soulmate atau Lebih Dari
Sekedar Cantik. Album-album itu memiliki benang merah yakni cinta perih yang
mengangkat kisah cinta yang sedang banyak dialami oleh remaja masa kini yakni
“jatuh cinta salah waktu”, “selingkuh” dan “kisah cinta yang tak jadi”.
Tema-tema tersebut KAHITNA jabarkan
dalam lagu-lagu yang berefek luar biasa. Beberapa lagu mampu mengobati
kesedihan sementara lagu yang lain justru mengundang kesedihan yang diam-diam
membuat orang susah move on seperti
Cinta Sudah Lewat, Soulmate dan Mantan Terindah.
KAHITNA tak menolak dicap sebagai band
cinta, band mellow atau band galau. Namun demikian banyak yang menilai
lagu-lagu cinta KAHITNA adalah karya yang tak membosankan meski tema yang sama
diangkat oleh banyak penyanyi dan grup band. Lagu-lagu KAHITNA bukan puisi
namun berefek puitis. Untuk hal ini boleh jadi kuncinya adalah kepiawaian
KAHITNA dalam menyusun dan menempatkan kata-kata dalam lirik lagu mereka.
Beberapa lagu KAHITNA berlirik cinta kadar tinggi sementara yang lainnya
terdengar biasa saja, namun semuanya memiliki rasa yang puitis. Semua itu disadari
atau tidak berkat kepandaian mereka membentuk frase cinta yang tak biasa, sebut
saja : Tak Sebebas Merpati, Jadi Saja, Cinta Sudah Lewat, Tak Mampu Mendua,
Belum Ada Janji dan Seandainya Aku Bisa Terbang. Dan diakui atau tidak, KAHITNA
turut berperan dalam memunculkan dan mempopulerkan beberapa istilah seperti
Soulmate, Diasinin, Cinta Sendiri, Suami Terbaik dan Mantan Terindah. Lewat
lagu-lagunya KAHITNA juga mampu mengangkat frase biasa menjadi istilah yang
manis seperti Takkan Terganti, Setahun Kemarin, Sampai Nanti, Ngga Ngerti,
Hampir Jadi dan Aku Punya Hati.
Di tangan KAHITNA kisah cinta disajikan
secara apa adanya lewat cara yang istimewa. Pemilihan kata dan penyusunan lirik
yang manis dibalut aransemen musik yang rapi membuat setiap lagu KAHITNA
menjadi karya yang istimewa.
Kini mereka telah menempuh perjalanan
sejauh 26 tahun. Segala pencapaian dan semua yang telah mereka persembahkan
untuk mewarnai dunia musik Indonesia membuat nama mereka pantas disebut legenda
baru musik pop Indonesia. Dan jangan tanya sampai kapan mereka akan berkisah
tentang cinta. Boleh jadi selama cinta itu masih ada dan tetap akan ada.
Mengutip pernyataan Yovie Widianto dalam beberapa kali penampilan : “KAHITNA akan terus bercerita tentang cinta,
takkan berhenti karena bangsa ini masih butuh cinta”
Komentar
Posting Komentar