Akhirnya tulisan ini muncul
juga. Dulu di bagian pertama saya sudah mengulas singkat tentang 4 spesies
Anggrek yang banyak dijumpai di kawasan alam Indonesia, termasuk mungkin ada di
dekat tempat tinggal kita. Saya pun ingat kalau di akhir tulisan saya berjanji
akan melanjutkan tulisan itu dengan anggrek-anggrek berikutnya. Namun justru
akhir-akhir ini tulisan yang mengisi headline blog ini justru tentang idola
saya yang lain..hehehe. Tapi Pria Baik-Baik selalu berusaha memenuhi janji,
meski kadang tersapu lupa, walau sering terlewatkan juga. Dan malam ini di
bawah rintik hujan menanti pertandingan sepakbola Euro, saya melanjutkan
tulisan itu di kamar.
Inilah
anggrek-anggrek lain yang banyak dijumpai di kawasana alam Indonesia. Semoga
tulisan ini bermanfaat. Dan nanti jika setelah membacanya teman-teman makin
jatuh hati pada Anggrek Indonesia, itu jelas bukan karena tulisan ini. Itu
karena memang sudah sewajarnya Anggrek Indonesia dicintai oleh kita semua.
5.
Dendrobium sagittatum J.J.Sm.
Anggrek ini cukup
banyak dijumpai di wilayah Taman Nasional Gunung Merapi. Hidupnya epifit
menempel di batang pohon yang besar seperti pohon nangka. Untuk mengamati D. sagitattum tidak terlalu sukar karena
selain menempel di ketinggian batang, anggrek ini juga menempel rendah di
batang bagian bawah.
Yang unik dari
anggrek ini adalah bentuk daunnya yang pipih berdaging dengan bentuk segitiga
memanjang. Daun-daun itu tersusun dalam dua baris dengan pangkal melekat
berseling satu sama lain sehingga membuat habitus anggrek ini menyerupai keris.
Di beberapa tempat yang terbuka dan terpapar sinar matahari langsung, daun dan
habitus anggrek ini sering tidak berwarna hijau melainkan kuning sampai oranye.
Dendrobium sagittatum mempunyai bunga dengan perhiasan didominasi
warna merah muda, diamater saat mekar 2-3 cm, muncul menggerombol berjumlah 3-6
di ujung batang.
6. Epipogium roseum (D.Don) Lindl.
Saya dan beberapa
teman memberi nama panggilan untuk spesies ini dengan Anggrek Pocong. Wah !!
Apakah anggrek ini begitu menakutkan ??. Atau hanya terlihat di malam hari ??.
Tidak juga, tapi anggrek ini memang “tidak biasa”. Secara morfologi E. roseum tidak tampak seperti Anggrek pada umumnya. Anggrek
ini bersifat saprofit yang tidak melakukan fotosintesis untuk memperolah makanannya.
Anggrek ini mendapatkan makanan dari material organik yang sudah “tersaji” di
sekitar tempatnya tumbuh.
Oleh karena tidak
melakukan fotosintesis maka spesies ini tidak memiliki bagian yang berwarna
hijau termasuk daun. Seluruh bagian habitus E.
roseum berwarna putih. Batangnya tegak, tingginya dapat mencapai 30 cm.
Bunga berwarna putih muncul di ujung batang, sering kali posisinya “mengangguk”
hingga mirip kepala pocong.
E. roseum tumbuh di tanah lembab dan seringkali dengan
banyak seresah. Habitatnya boleh dikatakan sangat spesifik, sering tersembunyi
namun biasanya bergerombol. Di Yogyakarta anggrek ini dijumpai antara lain di
Pegunungan Menoreh dan Lereng Selatan Gunung Merapi.
7.
Acriopsis
liliifolia (Koenig) Ormerod
Anggrek ini memiliki nama sinonim Acriopsis javanica karena spesimen acuannya adalah jenis yang ditemukan di pulau
Jawa. Namun demikian anggrek ini juga dijumpai di Kalimantan dan Sulawesi
hingga Filipina, Malaysia dan Thailand.
Bunganya tersusun
dalam karangan malai, satu kuntum bunga memiliki diamater mekar 1-2 cm.
Perhiasan bunga berwarna putih kekuningan dan merah tua hingga ungu di beberapa
bagiannya. Daunnya berbentuk pita dengan panjang dapat mencapai 20 cm sementara
lebarnya hanya sekiatr 1-1,5 cm. Di Yogyakarta A. liliifola dapat dijumpai di Pegunungan Menoreh dan Taman
Nasional Gunung Merapi.
8.
Aerides odorata (Poir) Lour.
Anggrek ini sering
disebut Anggrek Asem karena dulu banyak dijumpai tumbuh menempel di pohon asem
dan mangga. Di Yogyakarta anggrek ini pernah dilaporkan dijumpai di Pegunungan
Menoreh namun kini sudah sangat jarang dijumpai di kawasan alam di Yogyakarta.
Saya pun hanya menjumpai anggrek ini di wilayah Imogiri, Bantul.
Anggrek ini termasuk
jenis epifit yang monopodial. Daunnya bentuk talang memanjang dengan ujung
berbelah yang sering asimetris. Karangan bunganya berbentuk tandan dengan
jumlah kuntum mencapai 8 atau lebih. Yang unik dari Aerides odorata adalah salah satu perhiasan bunganya yakni labellum
yang berbentuk seperti cakar yang melengkung dengan ujung runcing. Sementara
perhiasan bunga lainnya berwarna dasar putih kekuningan dengan semburat merah
muda sampai ungu di beberapa bagian. Namun demikian di beberapa tempat anggrek
ini memiliki perhiasan bunga yang warnanya cenderung didominasi warna putih.
masih ingin bersambung....
gara2 mas hendra, saya pun tergerak ut melestarikan dan menymearakkan slogan Aku Cinta Anggrek Indonesia dan beberapa sudah saya publish. Namun masih banyak anggrek di tempat pedagang tanaman hias yg membutuhkan penyelamatan, tp saya tidak mampu ut memborongnya, yah sekedar sesuai dg kondisi saku saya
BalasHapusWah hebat Pak Bambang. Di mana kebun bapak?. Saya bisa baca cerita bapak di mana?
Hapus