17
September dini hari saya sedang terpejam dengan mengenakan kaus merah
KAHITNA-LDSC ketika kecelakaan itu terjadi. Saya tak mengerti bagaimana
kecelakaan itu bisa terjadi. Ketika bangun saya sudah dalam keadaan terjatuh,
dengan tas laptop berada di lantai mobil sementara tas kamera masih melingkar
di pinggang.
Pusing
dan blank. Itulah yang pertama kali yang saya rasakan. Lalu keadaan segera
menyadarkan saya kalau kami telah mengalami kecelakaan. Dan ketika semua
penumpang telah keluar dari mobil yang rusak, saya baru tahu kami ada di jalan
tol Pejagan. Di depan kami sebuah Avanza dengan nomor polisi Surabaya juga
terparkir dengan bagian belakang rusak.
Untuk
beberapa saat saya tak menyadari ada yang hilang dari saya. Hingga akhirnya
saya sadar saya tak lagi menggunakan kacamata. Beberapa saat kemudian penumpang
lain menghampiri dan mengatakan pada saya bahwa kacamata saya pecah karena
terlempar saat mobil menabrak tadi. Subhannallah, begitu keraskah kecelakaan
kami ?. Mungkin iya, karena belakangan saya tahu kalau pintu mobil sebelah
kanan ringsek dan tak bisa dibuka.
Di
dalam mobil saya meraba kepala saya, ada memar di mata. Dan beberapa saat
kemudian saya juga merasakan ada benjol di kepala saya, hehehe. Tapi
Alhamdulillah baik-baik saja.
Beberapa
saat kemudian mobil polisi dan patroli jalan tol menghampiri kami. Sirine
langsung meraung. Segitiga pengaman dipasang di belakang dan di samping mobil
kami sementara saya dan 2 orang lainnya memilih keluar menepi dari badan jalan.
Akhirnya
kami semua dibawa kembali pintu tol. Jaraknya cukup jauh karena kami sebenarnya
hampir keluar dari tol saat kecelekaan terjadi. Dengan kawalan mobil patroli
jalan raya kami pun berbalik arah.
Sampai
di pintu tol saya dan 2 penumpang lainnya diturunkan. Ternyata di sana sudah ada dua
mobil dan saya pun disuruh masuk ke dalam salah satu mobil. Mobil yang akhirnya
membawa saya melanjutkan perjalanan dengan memar di mata dan benjol di kepala.
Dan yang pasti saya kehilangan kacamata frame biru kesayangan saya.
Jelang
pukul 9 pagi saya sampai di rumah. Ibu dan kakak saya sempat bertanya mengapa
baru sampai. Dengan singkat saya bercerita tentang kecelakaan yang terjadi. Mereka
sempat kaget dan meminta saya periksa ke dokter. Namun saya menyakinkan bahwa
semuanya baik-baik saja kecuali satu : saya tak lagi berkaca mata.
Sekitar
pukul 14.30 saya terbangun dari tidur saat handphone saya bergetar. Ternyata
sudah ada panggilan yang sama sedari siang, jumlahnya lebih dari satu kali.
Ada juga 2 sms masuk, isinya sama, pengirimnya juga sama yakni mas Irsan.
Panggilan
masuk yang terakhir akhirnya saya angkat saat bangun. Untuk beberapa saat saya
mendengar suara mas Irsan di ujung sana. Kami berbicara sebentar sebelum
akhirnya telepon diambil alih. Tebak siapa yang berbicara di ujung sana
sekarang ?. Saya berusaha mengatur nafas saat mengenali suaranya. Yovie
Widianto, orang yang baru saya saksikan penampilannya bersama KAHITNA menyapa
saya lewat telepon saat itu. Kami pun berbincang untuk beberapa saat, tak lama,
hanya sekitar 1 menit.
Pembicaraan
berakhir, saya bergegas keluar kamar sambil meraba kepala. Masih benjol dan
pusing. Tapi tak seberapa, karena menjalani hari tanpa kacamata lebih menyiksa.
Komentar
Posting Komentar