“aku bahagia hidup sejahtera di khatulistiwa, alam
berseri-seri bunga beraneka..”
Boleh jadi ungkapan di atas belum menggambarkan keadaan Indonesia seutuhnya
karena yang merasa bahagia sejahtera hidupnya itu hanya sebagian dari kita yang
mungkin bergelimang harta. Sementara sebagian saudara kita berada di kondisi
yang berlawanan.
Tapi lirik lagu Zamrud Khatulistiwa yang
dipopulerkan oleh Chrisye tersebut juga tidak salah. Indonesia memang negeri
yang tanahnya membentang di bawah khatulistiwa dengan alam yang keindahannya
diakui dunia tiada dua. Dilihat dari manapun Bumi Indonesia adalah surga
biodiversitas dengan belantara yang hijau memukau. Dan memang benar di dalam
belantara itu ribuan aneka bunga cantik tersembunyi. Satu di antaranya bernama
Anggrek.
Dalam peta flora dunia, Indonesia sering
digolongkan ke dalam kawasan Malesia (BUKAN Malaysia). Malesia adalah kawasan
yang meliputi wilayah beberapa negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura,
Brunei Darussalam, Filipina, Timor Leste dan Papua New Guinea. Dibandingkan
kawasan lain di dunia, Malesia yang tak terlalu luas justru diyakini sebagai
salah satu pusat biodiversitas dunia, tak hanya dari segi jumlah, namun juga
kekhasannya.
Dan dalam kawasan Malesia, Indonesia menjadi
pemilik terbesar biodiversitas tersebut. Salah satu kekayaan Indonesia yang tak
tersaingi oleh alam negara lain adalah Anggrek.
Di kawasan Malesia, New Guinea yang terdiri
dari Papua dan Papua New Guinea menjadi tempat dengan kekayaan Anggrek terbesar
yakni sekitar 2717 spesies yang tersebar di 72 genus. Namun di wilayah
Indonesia, pulau Kalimantan/Borneo masih diyakini menjadi wilayah dengan
kekayaan Anggrek terbesar yakni mencapai 1400 spesies, diikuti Sumatera dengan
1126 spesies, Jawa 769 spesies, Sulawesi 500 spesies, Maluku 369 spesies dan
Nusa Tenggara sekitar 200 spesies.
Beberapa spesies anggrek Indonesia bersifat
khas yakni hanya dijumpai di pulau-pulau atau wilayah tertentu. Salah satunya
yang cukup terkenal adalah Coelogyne pandurata (Anggrek Hitam) yang dijumpai di
wilayah tertentu di Kalimantan. Sementara sisanya banyak yang bersifat
kosmopolit seperti Anggrek Dendrobium
crumenatum (Anggrek Merpati), Spathoglottis
plicata (Anggrek Antel-antel) dan Coelogyne
speciosa.
Di antara ribuan spesies tersebut, kita tak
boleh melupakan satu spesies Anggrek yang sangat populer di dunia yakni Phalaenopsis amabilis. Anggrek ini
sering disebut dengan nama Anggrek Bulan meski berdasarkan bentuk morfologi
bunganya, Anggrek ini lebih mirip dengan kupu-kupu, sesuai dengan asal namanya
(Phalainos = kupu-kupu, lebah, kumbang, Opsis : bentuk, penampakan). Oleh
karena itu di beberapa negara Phalaenopsis amabilis dikenal sebagai Anggrek
kumbang.
Saya sendiri cenderung membatasi (dalam
beberapa hal malah menghindari) penyebutan Anggrek Bulan untuk merujuk Phalaenopsis amabilis. Alasannya karena nama
tersebut terlalu umum dan pada kenyataanya nama Anggrek Bulan justru
menenggelamkan popularitas Phalaenopsis
amabilis sebagai salah satu identitas Indonesia. Anggrek Bulan lebih
familiar sebagai nama untuk menyebut segala macam bunga Anggrek dengan bentuk
serupa Phalaenopsis amabilis yang tak
jarang justru berupa anggrek hibrida dari negara lain.
Di Indonesia Phalaenopsis amabilis dijumpai tumbuh di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Jawa, Ambon, Timor hingga Papua. Namun meski tersebar luas, beberapa
spesies Phalaenopsis amabilis memiliki
kekhasan yang berbeda di setiap pulau. Oleh karena itu di Indonesia dikenal
beberapa varietas dan subspesies dari Phalaenopsis
amabilis.
Begitu begitu khas dan spesialnya, sejak
tahun 1993, Phalaenopsis amabilis
ditetapkan sebagai satu dari tiga Bunga Nasional Indonesia. Berdasarkan
Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993, Phalaenopsis
amabilis disebut sebagai Puspa Pesona Indonesia.
Phalaenopsis amabilis, Puspa Pesona Indonesia
Namun hal itu bukan berarti kita hanya wajib
mengenal Phalaenopsis amabilis. Ribuan
spesies Anggrek lain yang menjadi kekayaan alam Indonesia sudah semestinya kita
kenali dan cintai. Jangan sampai Indonesia menjadi negara yang dicap gagal mengenali
kekayaan Anggreknya karena di saat bangsa lain mengagumi kecantikan Anggrek
Indonesia, kita justru terus melupakannya.
Mulai hari ini, detik ini saat membaca
tulisan ini atau tulisan tentang Anggrek Indonesia lainnya, semoga kita menjadi
generasi muda yang setahap lebih maju dibanding sesama kita dalam mengenal dan
mencintai Anggrek Indonesia. Selanjutnya kita yang akan membagikan kabar
membanggakan ini kepada sesama saudara kita. Katakan pada mereka : “INDONESIA, NEGERI ANGGREK
DUNIA”.
Komentar
Posting Komentar