Saat dalam perjalanan menuju Jakarta Convention Center, hingga akhirnya konser 25 Tahun Cerita Cinta KAHITNA usai digelar, masih ada beberapa kawan yang bertanya mengapa saya memiliki 2 lembar tiket padahal saya datang seorang diri. Mengapa saya tak melepas satu tiket itu untuk dijual, padahal masih banyak orang yang berharap untuk bisa mendapatkan tiket yang sudah sold out itu. Mengapa, hari itu 15 September, saya memilih untuk memasukkan tiket itu ke dalam tas ketimbang menjualnya kepada calo yang terus hilir mudik mencari penonton yang memiliki kelebihan tiket. Padahal calo itu mungkin saja mau membelinya dua kali lipat. Apakah saya bodoh ?. Mungkin.
Seorang teman bertanya dengan setengah terperangah : “demi apa membeli 2 tiket itu tapi ternyata datang sendiri”. Heheheh, suka-suka dong. Saya hanya ingin mencoba memenuhi janji saya kepada seseorang 3 tahun lalu. Saya pernah mengatakan suatu ketika jika KAHITNA konser, saya ingin mengajaknya.
3 tahun berlalu, 15 September kemarin KAHITNA mengadakan konser yang sangat luar biasa. Dan sudah sejak bulan April 2 lembar tiket itu sudah jadi milik saya. Meski malam itu, saya hanya berjalan seorang diri, sendiri menatap panggung konser. Bagi saya, janji itu sudah saya tepati, meski mungkin tak terpenuhi. Satu lembar tiket itu masih saya simpan rapi di sana.
Dan saya teringat usai konser, saat mengikuti jalannya konfrensi pers KAHITNA, sang promotor berkata etika konser telah berlangsung, ada seorang ibu yang menangis di luar karena tak dapat masuk kehabisan tiket. Maaf, Ibu. Andai saya tahu kan begini, andai saja saya sempat melihat itu, mungkin saya akan mengikhlaskan satu lembar tiket itu untuk Ibu. Tapi kini, saya tak menyesal menyimpan satu lembar tiket itu. Tiket yang bagi saya berharga, meski bagi seseorang lain di sana, mungkin barang murahan.
Komentar
Posting Komentar