Dari kegelapan kubur, kedalaman sungai, hingga dasar jurang. Mereka yang nyawanya dihilangkan “hidup lagi” untuk menerangi sejarah agar tak dilupakan. "Kebun Jagal" (dok. pribadi). Jurang antara penguasa dan rakyat seringkali mewujud dalam bentuk kekerasan oleh aparat yang terus berulang. Seketika nyawa menjadi barang yang sangat murah harganya. Kemanusiaan membusuk hingga nyaris tak menyisakan jejaknya. “Kebun Jagal” karya Putra Hidayatullah menumpahkan kenyataan murung tersebut. Melalui dua puluh satu cerita tentang kematian, sebagian di antaranya berlatar konflik di Aceh semasa operasi militer, Kebun Jagal menghidupkan lagi suara-suara yang terkubur bersama tubuh yang telah tiada atau hilang entah ke mana. Cerita-cerita pendek ini yang beberapa bahkan sangat pendek, berupaya merentangkan panjangnya rantai kekerasan oleh aparat. Hilangnya nyawa seringkali tak memutus rantai kekerasan tersebut. Bahkan, berlanjut dalam bentuk luka dan trauma bagi mereka yang masih hidup, tap...
“Mereka yang telah merenggut ratusan nyawa di dalam stadion hanya dalam semalam tidak akan berat melindas hanya seorang manusia di jalanan” Spanduk "hoax" di kantor polisi (dok. pribadi). Mendung dan dingin pagi ini terasa lebih mengiris. Meninggalkan rumah menuju jalan raya, saya berpapasan dengan seorang pengemudi ojol berjaket hijau-hitam yang membelok masuk ke dalam komplek tempat tinggal. Barangkali ia sedang mengantar sarapan yang dipesan oleh seorang pelanggan. Mungkin juga hendak menjemput warga yang minta dihantar ke kantor, sekolah, kampus, pasar, atau rumah sakit. Barangkali seperti itu pula rutinitas Affan Kurniawan setiap hari. Pagi-pagi sekali ia berpamitan kepada orang tuanya, lalu segera meluncur ke dalam labirin jalanan ibu kota untuk menjemput nafkah yang akan ia persembahkan kepada keluarga di rumah. Namun, Affan tidak lagi berada di jalanan pagi ini dan seterusnya. Semalam ia gugur. Tubuhnya dilindas mobil polisi yang dibeli dari uang yang dibayarkan oleh...